الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، أمرنا بتقواه والتحدثِ بنِعمِهِ، فقال: ﴿وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [المائدة: 7]، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أعظم من صبرَ على البلاء، وأعظمُ من شكر عند النعماء، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبِعه، وسلم تسليمًا كثيرًا إلى يوم الدين، أمَّا بعد:
الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Matahari yang baru saja terbit di pagi hari ini menjadi pertanda bagi keutamaan dan keagungan hari-hari dalam setahun. Allah SWT memandangnya sebagai hari besar. Nabi saw pernah bersabda,
إنّ أعظم الأيّام عند الله تبارك وتعالى يوم النّحر
“Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Nahar.” (H.R. Abu Daud, Al-Nasai, Ahmad)
Idul Adha berlalu bersama hari raya haji pada tahun ini, dan kita berada dalam suasana pandemi berkepanjangan, maka sebagai umat Muslim kita hendaknya bergembira dan memperbaharui taubat, dan meramaikan hari-harinya dengan penuh ketaatan, khususnya dengan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, zikir, takbir dan silaturahim. Dengan begitu kita berharap tetap terjaga dari menyebarnya permusuhan.
Pelbagai hari raya pernah dilalui Nabi saw dalam kondisi yang sangat sulit, di medan perang, juga ujian-ujian. Beliau menemukan peperangan itu sebelum hari raya, dan setelah itu beliau bergembira dengan datangnya hari raya.
قال أَنَس رضي الله عنه: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ص الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان؟ قالوا: كنّا نلعب فيهما فى الجاهليّة، فقال رسول الله ص: «إِنَّ الله قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Dari Anas dia berkata; “Rasulullah saw tiba di Madinah, sedangkan penduduknya memiliki dua hari khusus yang mereka rayakan dengan permainan, maka beliau bersabda: “Apakah maksud dari dua hari ini?” mereka menjawab; “Kami biasa merayakan keduanya dengan permainan semasa masih Jahiliyah.” Maka Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari kedua hari tersebut, yaitu hari (raya) kurban (Idul Adha) dan hari raya Idul Fithri.” (H.R. Abu Daud, Al-Nasai)
قال النبي ص عن أيام التشريق: إنها أيّام أكل وشرب وذكر اللَّه عزّ وجلّ
Nabi saw bersabda tentang hari-hari Tasyriq, “Sesungguhnya Tasyriq adalah hari-hari makan, minum dan zikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (H.R. Abu Daud, Al-Nasai, Ahmad)
Sungguh mulia orang yang mau mengagungkan syi’ar agama Allah, meski kondisi dan pandemi demikian adanya. Orang masih berkenan berzikir, mengingat Allah dengan takbir, tahmid dan tahlil di setiap selesai shalat, juga pada pada semua waktu. Sungguh mulia orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, berbuat baik kepada tetangga dan orang-orang yang fakir maupun miskin di wilayahnya. Sungguh mulia orang yang mampu menjauhi maksiat dan munkarat. Ini semua dilakukan agar menjadi sebab diangkatnya musibah pandemi atas izin dari Allah SWT.
الله أكبر، الله أكبر لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
حدَّثَ البَرَاءُ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: خَطَبَنَا النَّبيُّ ص يَومَ النَّحرِ، فَقَالَ: «إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبدَأُ بِهِ في يَومِنَا هَذَا أَن نُصَلِّيَ، ثُمَّ نَرجِعَ فَنَنحَرَ، فَمَن فَعَلَ ذَلِكَ فَقَد أَصَابَ سُنَّتَنَا...
Al-Bara’ ra mengabarkan bahwa ia berkata, Nabi saw berkhutbah pada hari Nahar. Beliau bersabda, “Sesungguhnya permulaan dari apa yang kita mulai pada hari raya kita ini adalah hendaknya kita shalat, kemudian pulang lalu menyembelih hewan kurban. Siapa saja yang melakukan hal itu maka ia telah mengikuti sunnah kita.” (H.R. Muttafaqun Alaih)
Yang beruntung pada hari raya ini adalah orang yang memilih hewan kurban yang paling baik, gemuk, mahal harganya dan baik perawakannya. Karena Allah itu baik, tidak menerima suatu amalan melainkan yang baik.
﴿لن ينال الله لحومها ولا دماؤها ولكن يناله التّقوى منكم﴾
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kamu.” (Q.S. Al-Hajj: 37)
Dengan ketaqwaan itulah rahmat akan turun dan marabahaya akan dijauhkan.
﴿ومن يتّق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكّل على الله فهو حسبه إنّ الله بالغ أمره قد جعل الله لكلّ شيء قدرا﴾
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusannya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Q.S. Al-Thalaq: 2-3)
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله... الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
Di masa pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini “jiwa berqurban” sangat tepat untuk dikembangkan dalam berbagai kebajikan. Menegakkan disiplin protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang berkekurangan, membantu meringankan para dokter dan tenaga kesehatan, serta mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi pandemi merupakan bukti kaum Muslim merealisasikan “jiwa berqurban” dalam kehidupan nyata. Termasuk membagikan daging qurban bagi saudara-saudara kita yang sangat memerlukan.
Esensi qurban adalah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna. Suatu saat Nabi saw ditanya: “Wahai Rasulullah, apakah qurban itu?” Beliau menjawab: “Qurban adalah sunnah bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka bertanya: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Beliau menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka bertanya lagi: “Kalau bulu-bulunya?” Beliau menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (H.R. Ahmad dan Ibn Majah).
Mari kita wujudkan “jiwa berqurban” dalam segala kebaikan hidup. Lebih-lebih di masa pandemi, banyak orang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan lainnya. Satu sama lain harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal kebajikan, lebih-lebih untuk mereka yang membutuhkan.
Mari kita kembangkan solidaritas sosial yang mendorong persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan yang tulus sebagai sesama anak bangsa. Mari kita wujudkan kebiasaan gemar menolong, berbagi rezeki, melapangkan jalan orang yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terzalimi, suka meminta dan memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, dan berbagai kebaikan sosial yang utama. Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:
إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. Al-Nahl: 90).
Setiap Muslim hendaknya memberi kebaikan bagi sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa diskriminasi. Bangun kebersamaan dengan sesama secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud berqurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim sebaliknya menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak mengikuti protokol kesehatan karena merasa diri aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain. Jauhi sikap berlebihan dan tamak yang membuat keruskaan di muka bumi, memupuk kekayaan dengan merusak alam dan merugikan masyarakat.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله... الله أكبر الله أكبر ولله الحمد.
Pasca Idul Adha hendaknya setiap Muslim menyebarluaskan sikap ta'awun dan ukhuwwah serta mempraktikkannya untuk membela kaum lemah, menyadarkan kaum kaya agar mau berbagi, dan menebar kebajikan kepada sesama.
Bukti nyata sikap ta'awun dan ukhuwwah dalam kehidupan sosial ini hendaknya terus berjalan dan menyebarluas sepanjang masa dalam kehidupan sebagai cerminan iman dan ihsan yang merahmati semesta alam.