Jumat, 11 Mei 2018

PROPOSAL Pembuatan Keranda (Cekatil)

PROPOSAL

Bantuan Pengadaan Peralatan Kematian


I. Pendahuluan
Kehidupan merupakan anugerah yang besar bagi manusia. Disebut anugerah karena manusia, dengan kehidupan, dapat bergerak secara leluasa untuk menerjemahkan apa yang dipelajari dan diyakini sebagai kebenaran –Islam. Disebut anugerah karena manusia menyadari bahwa kehidupan tidak pernah membeli, kehidupan hadir begitu saja kepada siapa saja, dan kehidupan datang tanpa pilih kasih.
Namun patut disadari oleh manusia, bahwa kehidupan itu datang untuk beberapa waktu, durasi yang berbatas, dan limitnya pun ada. Jika sudah tibalah saatnya, ajal akan menjelang dan menghampiri siapa saja dari kalangan manusia tanpa terkecuali –yang kaya, yang sok kuasa, yang mengatur kehidupan melebihi Tuhan, yang miskin, yang tidak mampu, bahkan yang disebut kere sekalipun juga akan menghadapinya.
Kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi, bisa dialami oleh orang yang berusia muda, juga bisa dialami oleh orang tua. Kematian ini bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja.
Karena saatnya kematian, yang umumnya tidak bisa diduga, sehingga segala sesuatunya tidak ada persiapan. Akibatnya keluarga yang ditinggalkan, selain berduka juga membutuhkan dana yang sifatnya segera untuk pengurusan jasad yang meninggal.
Adalah anugerah Allah Ta’ala yang luar biasa diberikan kepada setiap makhluk-Nya, yang bernama “hidup”. Dengan hidup, setiap makhluk, khususnya manusia, dapat berbuat dan bergerak sesuai dengan hati nurani dan tuntunan hidup yang dipegangi secara kuat. Hidup yang berdasarkan tuntunan ilahiyah tentu menjadi keniscayaan dalam kehidupan setiap insan Muslim. Oleh sebab hidup yang merupakan pemberian Allah Ta’ala ini menjadikan setiap yang “diberi hidup” menyadari sepenuh hati makna dan pentingnya pemberian yang berharga tersebut. Ini adalah amanat. Bagi siapapun yang menerima, konsekuensinya adalah beribadah kepada-Nya. Namun sebaliknya, bagi yang acuh tak acuh, tidak peduli dan tidak pula menghargai hidup, suasana yang penuh kesadaran sedemikian itu sangat sulit muncul dalam kehidupannya.
Seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Alqur’an dan Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku kalangan Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai wujud realisasi nilai dan norma ini kita menjadikannya pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
Sebagaimana halnya dengan hidup, mati juga menjadi wilayah ketuhanan, hak prerogatif Allah. Mutlak menjadi rahasia-Nya. Siapapun yang telah mendapat vonis ‘ajal’ tidak dapat menolak dan menghindar darinya. Mustahil pula untuk di-‘nego’, agar dapat diundur atau dimajukan dari waktu yang telah ditentukan.
Kematian, meski ditakuti oleh sebagian orang, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, hingga menjadi jelas pengertian hidup dan mati. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, sangat sulit menjelaskan apa itu “hidup” dan apa sesungguhnya yang bernama “mati”.
Alqur’an memberikan pencerahan kepada setiap insan Muslim: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Berkenaan dengan ayat di atas, Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah menghidupkan yang mati dari apa yang telah Dia ciptakan. Dia menuliskan apa yang telah mereka lakukan di (semasa hidup) dunia berupa kebaikan dan keburukan, kesalehan amal dan kejahatannya. Semua ‘tinggalan dan bekasan’, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, berupa bekas-bekas langkah setiap insan menuju ketaatan ataupun kemaksiatan. Semua itu direkam dan dicatat secara sistematis oleh Malaikat Raqib dan Atid, sehingga kelak di akhirat dapat dilihat oleh masing-masing pelakunya.
Demikianlah, Allah dengan kekuasan dan kehendak-Nya menghidupkan dan mematikan.
Agama memberikan tuntunan yang tegas tentang bagaimana setiap insan Muslim dapat menjalani hidup. Karena hidup membawa konsekuensi terhadap apa yang kita lakukan dan perbuat. Kewajiban manusia adalah berusaha, meski mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya. Allah menyatakan:
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman: 34)
Islam sungguh mengatur segala aspek kehidupan, hatta kematian sekalipun. Dalam hidup itulah siapapun diberi kesempatan yang sama untuk berusaha dan berupaya dalam mencari penghidupan. Meski mencari penghidupan ini menjadi sarana dan alat untuk menyambung hidup, kadang di sebagian manusia melupakan bahwa ada terminal terakhir yang harus dilampaui, negeri akhirat. Aturan yang bersifat Qur’ani menyebutkan:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (QS. at-Takatsur: 1-2).
Ayat tersebut mengingatkan bahwa berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta, anak, pengikut, bermegah-megahan dengan kemuliaan dan sebagainya  telah melalaikan orang dari ketaatan. Kenyataan ini banyak terjadi di sebagian kaum Muslim, oleh karena tidak ada kesadaran dan pemahaman yang benar tentang Garis-garis Besar Haluan Islam (Alqur’an dan As-Sunnah). Yang pada akhirnya kematian merenggut nyawa dan tidak ada lagi suatu perbaikan yang dapat dilakukan. Oleh sebab kesadaran di saat ajal menjelang tak ada guna.
Tidak seorangpun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan mengalami kematian. Jika ada yang mampu menginformasikan hal ini, sungguh merupakan kebohongan yang besar.
Musibah kematian yang dihadapi oleh setiap manusia membuka setiap indera kita untuk melihat, mendengar, merasakan dan memaknai bahwa terbentang seribu satu jalan menuju kematian. Melalui kesadaran ruhani kita mencoba merefleksikan diri, introspeksi diri, dan menemukan kondisi kita pada titik mana, kedekatan pada Allah atau sebaliknya –menjauh. Maknanya, kita fokus, sadar dan bersemangat untuk melakukan kesiapan diri dalam kesalehan dan ketaatan, hingga kapanpun ‘panggilan’ itu datang, kita telah siaga dan siap segalanya. Bukankah sebaik-baik bekal menuju akhirat adalah taqwa?
Allah mensinyalir dalam Alqur’an: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk: 2)
Ayat di atas perlu kita renungkan, mengapa Allah tidak menghendaki ‘yang lebih banyak amalnya’, namun yang Dia pilih adalah ‘yang lebih baik amalnya’. Rahasia apakah di balik itu?
Demikian pula hadits tentang semua amal terputus kecuali tiga perkara (HR. Muslim); ayat yang memberi peringatan kepada kita agar tidak mati melainkan dalam keadaan Islam (QS. Al-Baqarah: 132); ayat tentang soal puaskah kita dengan kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat (QS. Al-Taubah: 38); kesemuanya adalah rambu-rambu setiap insan Muslim dalam mengarungi bahtera kehidupan. Tentunya jaminan keselamatanlah yang Allah berikan.
Keinginan manusia untuk bermegah-megahan dalam soal duniawi, sering melalaikan manusia dari tujuan hidupnya. Dia baru menyadari kesalahannya itu setelah maut mendatanginya; manusia akan ditanya di akhirat tentang nikmat yang dibangga-banggakannya.
Hanya pertolongan Allah sajalah yang mampu membuka mata hati manusia untuk membaca setiap musibah kematian, dan dengan ‘pisau’ kritislah yang mampu menganalisis dan mengambil hikmah dari hal tersebut. Mereka yang mampu mengeja ayat berikut dalam kehidupan:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Zumar: 42)
Dari sinyal keagamaan di atas dan ketulusan memaknainya akan mengantarkan setiap insan Muslim pada martabat kemanusiaan yang dekat dengan Allah, sehingga ia akan kembali kepada-Nya dengan keadaan sebagaimana disebutkan dalam Alqur’an:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku”. (QS. Al-Fajr: 27-30)
Mestinya kita menyadari ayat di atas dalam setiap langkah kehidupan ini. Dan tentunya tidak ada lagi ketakutan menghadapi kematian, karena semua adalah milik Allah dan kembali kepadaNya.
II. Dasar Pemikiran
Pada saat terjadi musibah kematian di komunitas Perumahan Megawon Indah, masih ditemukan kesulitan untuk mendapatkan bantuan peralatan kematian. Yang kadang untuk mendapatkan pinjaman salah seorang keluarga yang mendapat musibah harus kembali ke tempat asalnya untuk mendapatkan pinjaman.
Padahal dalam rangka pengurusan yang berhubungan dengan kematian hendaknya dipermudah dan tidak mengalami kesulitan.
Warga muslim Perumahan Megawon Indah, baik yang NU, Muhammadiyah, PKS, HTI, Salafi atau apapun label yang ingin disematkan pada dirinya sejatinya, berinisiatif mengadakan pembuatan peralatan kematian berupa pembuatan cekatil, sebagai wujud kebersamaan, prinsip gotong royong, dan meringankan beban saudara sesama muslim yang mendapat musibah.

III. Tujuan
Pengadaan peralatan kematian berupa cekatil ini bertujuan untuk:
§  Memberi kemudahan bagi keluarga yang sedang ditimpa musibah
§  Meringankan beban keluarga yang sedang ditimpa musibah
§  Sebagai wujud santunan konkrit non-uang.
§  Sebagai wadah gotong royong
§  Sebagai tempat untuk mempererat tali persaudaraan
§  Sebagai lahan amal ibadah.

IV. Jenis Kegiatan
Pengadaan Peralatan Kematian (berupa Cekatil dan perlengkapannya)”

V. Target
Tersedianya anggaran dana sebesar Rp. 9,680,000.00,- (Sembilan juta enam ratus delapan puluh ribu rupiah)

VI. Sasaran Anggota/Peserta
Warga masyarakat khususnya di lingkungan Perumahan Megawon Indah, dan umumnya warga sekitar –baik desa Megawon, Tumpangkrasak, dan Ngembal Kulon.

VII. Anggaran Dana
Sebagai bentuk gambaran akan kebutuhan dana yang hendaknya dipersiapkan dalam rangka mewujudkan perlatan kematian, berikut ini adalah perincian harga peralatan kematian berdasarkan sumber informasi yang ada.

Perincian Harga Peralatan Kematian

(Informasi dari Toko Perlengkapan Kematian Daerah Jember/Menara

No
Keterangan
Harga
Unit
Jumlah
1
Payung bahan kain
200,000.00
1
          200,000.00
2
Kain penutup cekatil huruf bordir (panjang standar, 2-3 meter)
500,000.00
1
         500,000.00
3
Aling-aling penutup jenazah saat disucikan (panjang 9 meter)
400,000.00
1
400,000.00
4
Bendera/tanda kematian
  20,000.00
4
          80,000.00
(Informasi pengerjaan dari Aris Las Brayung)
No
Keterangan
Harga
Unit
Jumlah
5
Cekatil: tinggi kaki 50 cm; lebar samping 75 cm; panjang + pegangan 250 cm
3,500,000.00
1
      3,500,000.00
6
Dipan/balai tempat jenazah: panjang 220 cm; lebar 80 cm; tinggi 60 cm (posisi bisa dilipat)
2,500,000.00
1
      2,500,000.00
7
Kursi panjang untuk memangku jenazah saat pensucian: pj 215 cm; lbr 80; t 60 cm
1,750,000.00
1
       1,750,000.00
8
Pijakan kaki: pj 215 cm; t kaki 15 cm; lbr 20 cm
   750,000.00
1
          750,000.00
Total Keseluruhan
      9,680,000.00
NB. Bahan berasal dari stainless

X. Susunan Panitia
Ketua                   : Ali Musthofa (+62812741650)
Sekretaris             : M. Ali Fikri (+628575656000)
Bendahara I         : Abul Qasim (+628174747300)
Bendahara II        : Thaha Husein (+628128273939)

X. Penutup
Demikianlah proposal ini dibuat, semoga apa yang menjadi maksud, tujuan dan harapan dari terselenggaranya pengadaan cekatil membawa manfaat bagi kaum Muslim di lingkungan Perumahan Megawon Indah dan sekitarnya.

Kudus, 05 Mei 2018
Ketua,
Sekretaris,


M. Abdullah


M. Ali Fikri

Mengetahui,
Pembina Majelis Taklim,
Sesepuh,


KH. Maujud Dhomir


Abdullah Muhammad

Mengetahui,
Kepala Desa Megawon


Drs. Noorasag


1 komentar:

  1. Assalamualaikum, Nama saya Siska wibobo saya tinggal di Surabaya di Indonesia, saya seorang mahasiswa, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena ada banyak perusahaan pinjaman penipuan dan kejahatan di internet , Sampai saya juga sudah di tipu di salah satu KSP on'line, tapi saya tidak pernah putus asa saya terus buka info di gogle dan saya melihat posting Bapak Suryanto tentang kisah cerita beliau dapat pinjaman di bank BI pusat jakarta tanpa di persulit beliau hanya melampirkan KK,KTP,AKTE lahir dan Jaminan Sertifikat RUMAH,dan saya
    Juga pun memberanikan diri menghubungi nomor WA yang diterapkan dalam postingan bapak suryanto yaitu nomor WA bpk arif kepala bagian transfer Bank Indonesia pusat WA beliau di 085321740123

    Dan beliau menjelaskan tabel pinjaman 25 juta sampai 500 juta dan waktu pinjaman hanya sampai 2 tahun itupun tidak di bayar perbulan penyampainan beliau , dana itu harus langsung di kembalikan pokok dan bunga uang'nya selama 2 tahun jadi kalau 200 juta nanti 2 tahun kemudian baru di kembalikan pokok dan bunga total 204.000.0000

    Penyampaian beliau ini program dana pinjaman covid 19 dari seluruh dunia

    Alhamdulillah setelah saya laporan semua berkas yang di butuhkan oleh bapak hj arif kurniawan, 5 jam kemudian saya dapat pesang singkat/sms bengking saldo saya bertambah 200 juta dari Bank indonesia alhamdulillah saya sangat bersyukur telah mendapat'kan bantuan pinjaman dana dari Bank Indonesia pusat sekali lagi terima kasih kepada bapak hj arif kurniawan yang telah membantu saya semoga bapak arif di beri umur panjang dan sukses selalu.amin


    > pinjaman 25 juta sampai 100 juta
    Bunga 1 juta pertahun

    Pinjaman 100 sampai 200 juta
    Bunga 2 juta pertahun

    Pinjaman 200 sampai 300 juta
    Bunga 3 juta pertahun

    Pinjaman 300 sampai 400 juta
    Bunga 4 juta pertahun

    Pinjaman 400 juta sampai 500 juta
    Bunga 5 juta pertahun

    BalasHapus

IDUL ADHA DI MASA PANDEMI

  الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وح...