Belajar Kepedulian
Oleh: Moh.In’ami
Setiap
orang akan menghadapi fase-fase kehidupan yang ada di depannya. Fase itu hadir
dan berlalu seiring berjalan dan berputarnya waktu. Tak satupun orang yang
mampu menahan, merubah, apalagi melawannya.
Fase
kehidupan manusia dan waktu adalah kepastian yang tidak mungkin dihindari oleh
manusia dalam ruang dan waktu yang dia berada di dalamnya.
Salah satu
fase itu adalah di mana anak manusia sedang menikmati masa-masa kuliah –menjadi
mahasiswa. Inilah masa yang indah dalam koridor kemanusiaan. Inilah manusia,
dengan segala kemampuan yang ditingkatkan dan diasah, kritis dan serba ingin tahu.
Fase
seorang menjadi mahasiswa merupakan anugerah besar yang diterima tidak oleh
semua orang. Hanya mereka yang berkesempatan dan berkeinginan kuatlah yang
mendapat label mahasiswa.
Sayangnya,
mahasiswa yang telah sampai pada titik puncak keilmuan dan cara berpikir yang
radikal lupa dan belum mengasah rasa asanya.
Silakan
digunakan parameter berikut untuk melihat bahwa apakah sebagai mahasiswa,
seorang manusia telah betul-betul memahami kemanusiaannya;
Pertama, status kehambaan kepada Allah SWT hendaknya selalu diupdate,
diperbaharui dan dimantapkan. Ketidak-pedulian terhadap status ini akan
menyebabkan seseorang lupa diri dan lupa daratan –bahwa dirinya hanyalah
makh-luk biasa dan bukan Tuhan.
Kedua, fungsi kekhalifahan yang tak terelakkan. Fungsi ini
menjadikan manusia sibuk dan dinamis dalam mengurus segala bentuk sumber daya
alam yang ada, dengan mem-beri perhatian terhadap ekosistem yang ada. Tidak ada
suatu tindakan atau perilaku yang diwujudkan manusia melainkan untuk
kemaslahatan individu dan lingkungan.
Ketiga, partisipasi diri terhadap komunitas realitasnya. Adanya
partisipasi diri ini memberikan indikasi bahwa keterlibatan seorang manusia
terhadap dunia nyata dan lingkungan di mana ia hidup dan menjalani kehidupan
sehari-hari lebih ia rasakan sebagai hal berharga dan menuntut perhatian lebih
ketimbang komunitas di dunia maya. Keberadaan partisipasi dengan dunia nyata
menunjukkan adanya rasa peduli dan cerdas dalam empati dan simpati.
Ketiga hal di atas menjadi sarana untuk
membangun relasi vertikal dan horizontal kehidupan seorang mahasiswa sebagai manusia
adanya.
Melalui
pemaknaan ketiga hal itulah seorang mahasiswa belajar untuk peduli dan memiliki
kepedulian terhadap kehidupan realitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar