Starting Point Membangun Pesantren
Kehadiran Pesantren ini tidak
begitu saja dan numpang lewat, atau muncul seperti iklan yang lewat. Atau tiba-tiba
hadir tanpa diundang ide dan gagasan itu datang.
Melalui sebuah semangat berhijrah
the founding father, Buya Syukur Utsman, merealisasikan suatu kebaikan
yang selama ini terpendam dan tenggelam. Momentum itu nyata dan nampak jelas
seiring pendorong dalam bentuk amanah mulia –mengurus dan mengkoordinir Rumah Tahfiz
wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.
Dunia yang selama ini ditekuni
dan digeluti berbalut materi, kapital dan profan –sarat dengan orientasi
keduniaan dan profit kebendaan semata, sudah lepas dari mindset Buya
Syukur Utsman. Orang-orang, di luar Pesantren ini, begitu fokus, serius dan
sibuk dengan segmen ini, seakan-akan dengan keberadaan materi membawa kepada
kelancaran dan kemudahan dalam jalannya roda kehidupan pendidikan, baik yang
menyebut diri pesantren berbaju madrasah ataupun pesantren yang berjalan
seiring dengan madrasah. Pemikiran tentang pembangunan fisik pesantren menjadi tantangan
dan konsentrasi awal, yang dengan itu semua dianggap akan berjalan dengan baik
dan lancar.
Tidak demikian halnya dengan Pondok
Pesantren Harakatul Qur’an (PPHQ). PPHQ mengawali pembangunan
fisiknya seiring dengan adanya tanah wakaf dan beberapa rupiah yang disiapkan untuk
dana pembangunan. Setelah berjibaku, mengeluarkan keringat dan banting tulang, jadilah
a). satu bangunan dua lantai multi-fungsi: untuk kantor KMI, kelas, musholla, asrama
santri, dan tempat istirahat guru; b). dua rumah tinggal guru; c). empat saung;
d). kamar mandi, dan e). guest house.
Subhanallah wal hamdulillah, seiring berjalannya
waktu, pun telah dimulai dan dilanjutkan pembangunan masjid pesantren. Potret tiga
dimensi masjid pesantren memberikan ciri khas sebagai masjid yang dibangun di ranah
Minang.
Pesantren hadir dan mewujud dalam
realitas dengan merujuk pada format ideal pesantren PMG dan model tahfiz DQ. i).
Sebagai pesantren yang merealisasikan format ideal pesantren PMG, sistem KMI diterjemahkan
dan disesuaikan dengan potensi dan kekuatan yang ada di PPHQ. Keberadaan SDM memberikan
sentuhan gontori yang optimal dan maksimal; ii). Sebagai pesantren yang mengikuti
model tahfiz DQ, pengelolaan waktu dan jadwal bagi para santri menjadi bagian yang
terintegrasi dalam sistem pesantren yang ada.
Melalui pembangunan fisik dan non
fisik di PPHQ itulah para pengasuh, guru, santri dan sivitas akademika PPHQ membangun
atmosfir keilmuan dan menjunjung tinggi agama Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar