Ikhlas
“Siapa di antara kita yang ikhlas?”, tanya seorang jama’ah di
sebuah Masjid di sebuah
Perumahan. “Jika ada, saya akan
belajar kepadanya.”, lanjutnya. Pernyataan tersebut di atas bukanlah suatu ungkapan sederhana, namun ia keluar (dari) dan terucap (oleh) dorongan keadaan internal
seseorang yang sungguh-sungguh mencari dan terus mencari. Padahal yang dicari
tak kunjung ditemukan.
Menyebut kata ikhlas begitu mudah, namun untuk merealisasikannya akan banyak tantangan dan rintangan, diperlukan belajar dan belajar, dibutuhkan ketekunan dan kecermatan.
Apapun perbuatan yang manusia lakukan hendaknya diawali dengan
sebuah niat yang tulus, sebuah kebesaran hati, harapan puncaknya hanya kepada
Allah Ta’ala.
Niat yang tulus menjadi indikator penting bagi pelaksanaan suatu
amal perbuatan. Suatu amal perbuatan yang didasari ketulusan akan melahirkan
banyak kebaikan; tidak hanya di dunia kini, namun juga di akhirat kelak.
Jangan pernah menyebut ‘harga’ untuk sebuah ketulusan. Pun jangan
pula menganggap ketulusan hanyalah indikator yang ‘nilai’ bargainingnya
rendah.
Di saat orang-orang hanya memperhatikan aspek lahir, maka ketulusan
ini menjadi indikator utama bagi kepribadian dan pola pikir seorang muslim
dalam kehidupan kesehariannya.
Penguatan terhadap keikhlasan dalam pelbagai aspek
kehidupan telah menjadi tuntutan hidup seorang Muslim dalam praktek beragama, berbangsa
dan bernegara.
Jika muncul pertanyaan, “Bagaimana upaya Anda untuk
ikhlas dalam bekerja?”, maka realisasi pekerjaan itu sejatinya telah memiliki motivasi
moral dan muatan esensial yang berdampak duniawi-ukhrowi.
Tidak ada larangan untuk berbuat tidak ikhlas.
Pun tidak ada larangan untuk bekerja tidak tulus. Berbuat dan bekerja yang tulus
dan ikhlas hanya untuk mereka yang sadar bahwa anugerah yang besar yang diberikan
kepada manusia adalah membawa konsekuensi kehambaan dan representasi eksistensi
ketuhanan. Bahwa kerja dan amal itu indah, dan ikhlas maupun tulus menjadi pengantar
menuju ke langit.
Hanya ikhlas yang menjadi pondasi bagi seorang
Muslim dalam beramal. Hanya ikhlas yang menjadi nuansa ilahiyah yang mewarnai kehidupan
privat seorang Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar