Menggapai Rahmat Allah
Beliau
saw bersabda: “Kekuasaan Allah memenuhi belantara malam dan siang. Adakah di
antara kalian yang melihat apa yang Aku berikan (kepada kalian) sejak langit
dan bumi diciptakan. . . .”
(HR.
Albukhari dan Muslim)
T
B
|
anyak
makna bagi kata rahmat. Rahmat berarti belas kasihan; kurnia, berkat; bahagia;
hikmat, faedah, kegunaan. Apapun makna rahmat jelas berlawanan dengan madarat.
Dalam rahmat Allah bebas dari suatu bahaya apapun. Karena setiap rahmat pasti
membawa kebaikan dan kebermanfaatan.
Jika
terdapat seorang Muslim yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam beribadah
kepada Allah dan ‘mumpuni’ dalam memberikan manfaat bagi hamba-hamba-Nya yang
lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat dari sisi Allah Ta’ala.
Adapun
sebab-sebab yang paling dominan untuk memperoleh rahmat-Nya di dunia kini dan
di akhirat kelak adalah mengikuti dengan patuh dan tunduk pada semua perintah
yang datang dari Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati, dan menjauhi segala
macam bentuk bahaya dan larangan-Nya, tanpa ada rasa sedikitpun untuk
menentang-Nya, dengan disertai perasaan iman dan meneladani Rasul-Nya. Allah
berfirman:
“Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, (yaitu) orang-orang yang
mengikut rasul, nabi yang ummi.” (QS. Al-A’raf: 156-157). Allah juga
menegaskan:
“Dan taatilah Allah dan
rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. Ali Imron: 132)
Sungguh
Allah Ta’ala telah membuka pintu-pintu rahmat bagi segenap hamba-Nya yang
bertaubat dan serius beribadah kepada-Nya. Dia menghamparkan anugerah dan
kebaikan-Nya bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam berdo’a, bermunajat
dan memohon pada-Nya dengan kerendahan hati. Karena itulah ketika penghuni
surga menempati tempat tinggal mereka di Surga Na’im, mereka mengatakan dengan
jelas sebab yang mengantarkan mereka pada kebaikan yang meliputi mereka
tersebut. Sebagaimana Allah menjelaskan keadaan mereka dalam surat At-Thur ayat
28:
“Sesungguhnya kami
dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha
Penyayang.”
Nabi
Muhammad saw menjelaskan perihal bagaimana kaum Muslim sebagai hamba Allah
bersikap dan beribadah kepada-Nya, beliau sangat menganjurkan untuk beribadah
sepenuh hati dan memohon segala sesuatu hanya kepada-Nya. Dan hendaknya selalu
mengupayakan hal tersebut dalam setiap waktu hingga mendapatkan apa yang
diharapkan. Petunjuk Allah menyebutkan:
“Janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah.” (QS. Yusuf: 87)
Dalam
sebuah atsar Allah Ta’ala mengajukan pertanyaan, “Apakah hamba-hambaKu berharap
kepada selain-Ku dalam menghadapi kesulitan. Dan kesulitan itu dalam
genggaman-Ku, dan Akulah Dzat Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri. Mengapa
mereka masih berharap kepada selain-Ku dan mengetuk pintu lainnya dengan
takbir, padahal di tangan-Ku segala kunci perbendaharaan, sedang pintu-Ku
selalu terbuka bagi siapa saja yang mau berdo’a kepada-Ku? Siapakah yang
memiliki harapan dalam bertaubat lalu Aku memutuskan harapan itu? Atau siapa
yang berharap suatu kemuliaan lalu Aku mematahkan harapannya? Atau siapa yang
datang mengetuk pintu rahmat-Ku dan Aku tidak membuka baginya, padahal Akulah
Puncak segala harapan? Maka, bagaimana mungkin engkau berputus asa dari
cita-cita dan harapan tanpa menoleh kepada-Ku? Apakah Aku kikir, sehingga
hamba-Ku pun menjadi kikir? Bukankah dunia dan akhirat, kemurahan dan anugerah
kesemuanya itu milik-Ku, lalu apa yang membuat orang-orang yang berharap itu
tidak berharap kepada-Ku. Jika Aku berkehendak mengumpulkan penghuni langit dan
bumi, kemudian masing-masing di antara mereka Aku berikan apa yang diberikan
kepada semuanya, dan Aku mengantarkan setiap makhluk menuju semua cita-cita
mereka, sama sekali tidak berkurang dari kekuasaan-Ku sedikitpun.
Bagaimana
berkurang kekuasaan itu sementara Akulah Dzat Yang Berdiri Sendiri. Maka
merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat-Ku. Merugilah orang-orang
yang bermaksiat kepada-Ku, dan mereka mendapat apa yang mereka tidak inginkan.
Aku adalah Dzat Yang Maha Dermawan, dan dari sisi-Ku-lah kedermawanan itu. Aku
Dzat Yang Maha Mulia, dari sisi-Ku segala bentuk kemuliaan. Dan dari
kemuliaan-Ku adalah bahwa Aku mengampuni orang-orang yang berbuat maksiat. Dan
merupakan kemuliaan-Ku adalah Aku memberi apa saja yang diminta hamba-Ku, dan
Aku memberi apa yang tidak ia minta. Dan termasuk kemuliaan-Ku bahwa Aku
menjadikan orang yang bertaubat seperti orang yang tidak pernah berbuat maksiat
kepada-Ku. Maka, ke mana para makhluk itu berlari, dari pintu rahmat-Ku, ke
arah mana orang-orang yang berbuat maksiat itu menuju?
Demikianlah
Allah hendak meneguhkan rahmat-Nya bagi seluruh makhluk. Kita perlu merespon
dan menyongsong rahmat itu dengan upaya dan kesungguhan. Dan kita mesti mawas
diri dan bersikap hati-hati. Karena Allah mengingatkan:
“Sesungguhnya apabila
Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria
karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu
amat ingkar (kepada nikmat).” (QS. As-Syura, 42: 48)
Bentuk
Rahmat Allah
Dari
Anas bin Malik ra, dari Nabi saw bersabda: “Tiada seorang Muslim yang menanam
tanaman lalu orang, hewan, atau burung memakan darinya kecuali hal itu menjadi
sedekah”.(HR. Albukhari dan Muslim).
Hadits
ini menunjukkan bahwa yang termasuk rahmat adalah seorang pemilik tanaman
memperkenankan siapa saja yang membutuhkan baik orang, hewan atau burung untuk
makan dari tanamannya, tanpa ada rasa takut tanamannya akan berkurang. Karena
Allah Ta’ala yang menumbuhkan tanaman itu akan menggantinya, oleh sebab rahmat-Nya
kepada makhluk berlimpah dan berlipat ganda dari apa yang dimakan oleh
orang-orang yang membutuhkannya. Dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi
rizki.
Beberapa
bentuk rahmat Allah yang bisa disebut di sini dapat dibaca dan dipahami dalam
wujud yang luar biasa di sekitar kita, yaitu:
§ Adanya Alqur’anul karim
itu diturunkan bukanlah karena Nabi Muhammad saw mengharap agar diturunkan,
melainkan karena rahmat daripada Allah. (lihat QS. Alqashash: 86)
§ Dan yang termasuk rahmat
Allah kepada semua hamba-Nya adalah diutusnya para rasul, diturunkannya
kitab-kitab, dan syari’at, yang maksudnya adalah, agar kehidupan mereka lurus
di atas jalan bimbingan dan petunjuk, jauh dari kesengsaraan, kesulitan dan
kesempitan. Dan Allah menegaskan: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
§ Allah akan melimpahkan
rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari
bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah. (perhatikan
QS. Almaidah: 66)
§ Lepas dari suatu bahaya
merupakan bukti adanya sentuhan rahmat Allah. (baca QS. Arrum: 33)
§ Dirasakan sebagai rahmat
Allah dengan tumbuhnya biji-biji yang telah disemaikan dan menghijaunya
tanaman-tanaman serta berbuahnya tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. (renungkan QS. Arrum: 46)
§ Pun yang sering dicari
oleh manusia adalah keselamatan. Ini adalah rahmat yang besar dari Allah. (QS.
Yasin: 44)
§ Dan rahmat Allah Ta’ala
adalah yang memasukkan hamba-hamba-Nya yang beriman ke dalam surga pada hari
akhirat kelak, dan sama sekali bukan karena amalnya seseorang dapat masuk
surga. Sebagaimana sabda Nabi saw: “Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke
surga. Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau wahai Rasulullah?”. Beliau
bersabda: “Tidak, tidak pula aku, melainkan Allah memasukkan aku (ke dalam
surga) dengan anugerah dan rahmat-Nya. Maka berkatalah yang benar, dan
mendekatlah (kepada-Nya). Dan jangan sampai salah seorang di antara kamu
berangan-angan untuk mati. Adapun jika ia berbuat baik maka semoga saja
bertambah kebaikannya. Dan jika buruk, maka hendaklah segera bertaubat. (HR.
Albukhari dan Muslim)
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jarir bin Abdullah ra dari Nabi
saw, beliau bersabda: “Siapa yang tidak mau menyayangi (lainnya) pasti ia tidak
akan disayangi”. (HR. Albukhari dan Muslim). Hadits ini merupakan ancaman yang
serius bagi siapa saja yang menyepelekan dan melalaikan tindakan dan
perbuatannya dari perasaan kasih terhadap makhluk siapapun, agama, keluarga,
anak-anak, kerabat, sahabat, dan tetangga. Maka barangsiapa yang menginginkan
rahmat Allah hendaknya ia mengasihi siapapun di antara makhluk-Nya, menghindari
sikap keras lagi kasar. Sebagaimana Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw
pada surat Ali Imron ayat 159.
Seorang
Mukmin hendaknya berusaha memegang komitmen antara berharap pada rahmat Allah
dan takut pada siksa-Nya. Karena sungguh Allah telah berfirman:
“Kabarkanlah kepada
hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”
(QS. Al-Hijr: 49-50)
“Dan rahmat-Ku meliputi
segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang
bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami.” (QS. Al-A’raf: 156)
Datangnya
Rahmat
Sungguh
Allah Maha Adil, dan arogansi manusia terhadap lainnya tidak dapat terjadi
kecuali dengan izin-Nya. Jika ada orang yang sok kuasa atau merasa punya
kemampuan untuk menahan apa yang menjadi hak orang lain, itu hanyalah bukti
sebuah kesombongan. Namun tetap saja apa yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya
tidak akan berubah oleh segala bentuk kesombongan dari makhluk.
“Apa saja yang Allah
anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat
menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang
sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Fathir, 35: 2)
Tidak
perlu ada ketakutan untuk tidak mendapat rahmat Allah. Rahmat-Nya mengalir ke
setiap makhluk-Nya. Setiap yang mau dan mampu berbuat baik ada jaminan dari
Allah Ta’ala, berupa rahmat yang luar biasa. Firman-Nya:
“Sesungguhnya rahmat
Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-A’raf: 56) Dan menggapai rahmat Allah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya kita menjadi orang baik dan kesungguhan
kita untuk mewujudkan rahmat itu sendiri dalam kehidupan. Datangnya rahmat
Allah di antaranya mesti dengan perilaku kita yang positif: beriman dengan
penuh semangat, sabar, bersikap lemah lembut, berpegang teguh pada Agama Allah,
mengisi hidup dengan berbagai macam kebaikan dan mengkaji Alqur’an dengan upaya
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin kita mampu mengasihi orang
lain, tentu yang di langit akan mengasihi kita.
Dan
mestinya kita selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka
ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang
Paling Baik.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar