Minggu, 15 April 2018

Membangun Keluarga melalui Pendidikan


Membangun Keluarga
Moh.In’ami

Rasulullah saw bersabda, “Sesunguhnya Allah Ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kemudian dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?” Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.”
(HR. Ahmad).
 T

P
endidikan menjadi tema sentral dalam kehidupan manusia. Dalam suatu negara, pendidikan mendapat perhatian dan prioritas. Bangsa manapun, yang dikategorikan sebagai bangsa yang maju, tentu memiliki cara untuk mensupport, memerhatikan dan membela yang disebut pendidikan.
Orang, masih percaya dan, beranggapan bahwa melalui pendidikan itulah perkembangan, pertumbuhan dan kemajuan dapat diwujudkan. Tentunya suatu perkembangan positif yang menggemberikan. Suatu pertumbuhan yang maksimal. Suatu tingkat kemajuan yang diharapkan. Dengan sentuhan pendidikan itulah orang berubah dan mengubah diri, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari jahiliyah menjadi berperadaban.
Membicarakan pendidikan berarti yang kita maksud adalah Pendidikan Islam. Bagaimana melangsungkan pendidikan islami itulah tugas setiap individu muslim di dalam lingkup dan komunitasnya, baik mikro maupun makro; keluarga, sekolah, organisasi dan lain-lain, bahkan dalam level negara. Tidak ada alasan untuk pasrah dan menyerahkan pendidikan institusi manapun tanpa kita seleksi dan memilah dari pilihan-pilihan yang ada. Orangtua memiliki peran penting dalam tahapan ini.

Pengasuh

Memilih orang untuk menjadi pengasuh dan atau institusi pendidikan merupakan suatu ikhtiar yang, Orangtua atau wali, bertanggungjawab dan berpartisipasi aktif dalam pengawasannya. Meski dengan alasan kesibukan, tugas atau lainnya, Orangtua atau wali hendaknya menunjukkan perhatian terhadap pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh orang yang diberi amanat atau institusi yang ditunjuk.
Ketika anak berada dalam lingkungan keluarga, Orangtua lah yang bertugas mendidik, memberikan perhatian, dan memberi contoh bagi anak tentang cara berinteraksi, berkomunikasi, hingga beribadah. Tanpa contoh nyata dari orang tua, rasanya sulit bagi anak untuk dapat menghayati dan menerima perintah atau ajaran agama.
Masalah pendidikan keluarga adalah masalah kita bersama. Masing-masing, para orang tua, memiliki peran sekaligus tanggungjawab. Dari keluarga inilah akan lahir orang-orang yang kelak melanjutkan perjuangan para orang tua. Pendidikan keluarga menjadi wahana yang baik dalam mendidik anak.
Yang dimaksud dengan terma pendidikan keluarga di sini adalah termasuk dalam pendidikan yang menyempurnakan di lingkungan keluarga, yang bisa kita temukan dalam masyarakat Muslim dengan berbagai variasinya; kadang terjadi antara suami dan istri saja, kadang ditunjukkan pasangan suami-istri beserta sebagian anaknya. Mungkin juga dalam membentuk keluarga ini sebagian kakek-nenek, paman-bibi, pakdhe-budhe, atau selain mereka dari kalangan kerabat turut berpartisipasi pula. Bahkan para pembantu dan pendidik, atau lainnya kadang menjadi terlibat. Sebagaimana individu-individu dari kalangan keluarga bersandar pada generasi yang berbeda-beda, yang kadang mencakup kakek, ayah dan anak.

Inti

Tidak ada keraguan bahwa keluarga memiliki pengaruh penting dan peran besar dalam mendidik manusia: keluarga sebagai pengasuh pertama di mana seorang individu hidup; keluarga adalah benang pertama yang darinya membentuk tenunan masyarakat; sebagaimana keluarga adalah media alami yang mempersiapkan manusia dengan segala pengasuhan dan perhatian sejak tahun-tahun awal daripada umurnya. Bisa disebut fase keemasan.
Islam mendorong untuk dibentuknya sebuah keluarga dan memberikan perhatian padanya karena adanya pengaruh nyata dalam membangun kepribadian manusia dan membentuk karakternya sejak kecil.
Pada umumnya, suatu keluarga terdiri dari kumpulan individu yang menghimpun padanya penghidupan yang satu, dan mereka diikat dalam satu ikatan syar’i yang didasari oleh kasih (almawaddah) dan cinta (almahabbah). Sebuah keluarga muslim yang ideal.
Dari sini dapat dikatakan bahwa keluarga dapat dikategorikan sebagai sebuah lembaga pendidikan sosial yang memiliki banyak tugas, padanya menumpuk kewajiban-kewajiban dasar, apalagi bahwa manusia hidup dalam kurun waktu yang lama dari periode-periode kehidupannya; dari keluarga itulah manusia meneguk akidah, akhlak, pemikiran, adat kebiasaan, dan lainnya dari sifat-sifat dan perilaku-perilaku lainnya yang diperoleh dari keluarga; orang maupun kontennya dari kalangan individu, keadaan maupun pengaruhnya.
Oleh karena itu keluarga dapat menjadi referensi kebaikan bagi manusia atau sebaliknya dapat dikatakan sebagai peruntuh agama, akhlaq dan nilai. Jangan pernah anggap enteng masalah keluarga dalam konteks ini.

Tugas Mulia

Sedangkan tugas pendidikan keluarga sangatlah banyak dan bermacam-macam. Apalagi keluarga fokus pada pengembangan dan pengasuhan seluruh dimensi kepribadian manusia di setiap fase umurnya. Meskipun partisipasi keluarga Muslim bersama pihak lain dari keluarga dalam melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pendidikan secara umum, bahwa bagi keluarga muslim bagian khusus dari tugas itu.
Tugas keluarga muslim itu adalah:
a). Pekerjaan dalam bentuk membekali masyarakat muslim dengan orientasi generasi yang saleh, yang mengantarkan pada realisasi sebagaimana sabda Nabi saw: “Nikahilah olehmu wanita-wanita yang masih produktif (bisa beranak) dan yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak.” (HR. An-Nasai). Mereka inilah yang berperang kuat dalam mewujudkan dan melangsungkan kehidupan keluarga, dan bertanggung-jawab atas kemantapannya. Intinya adalah pembekalan diri menuju yang diridlai Allah Ta’ala.
b). Pencapaian faktor ketentraman jiwa dan ketenangan bagi seluruh anggota keluarga sehingga praktek pendidikan mereka menjadi sempurna dalam nuansa yang penuh kebahagiaan jauh dari kecemasan, stres dan perasaan kehilangan. Perhatikan ayat berikut, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Arrum: 21)
c). Pendidikan yang baik bagi anak-anak dengan melaksanakan tugas membangun kesadaran sosial, dan berupaya menjaga fitrah mereka dari penyimpangan dan kesesatan. Sebagai wujud realisasi sabda Nabi saw: “Tidaklah seorang anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?.” (HR. Muslim)
d). Menyuburkan nilai-nilai pendidikan islami yang benar bagi anggota keluarga dengan jalan memperhatikan berbagai sisi-sisi kepribadian manusia (ruh, akal, dan jasmani). Dan menjaga agar nilai-nilai itu tumbuh dan berkembang secara sempurna, karena hal itu memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk pribadi seorang Muslim yang sempurna, dan menjalankan peran dan partisipasinya bersama apa dan siapa yang ada di sekitarnya dalam bentuk proaktif, terus menerus sepanjang fase kehidupan.
e). Menanamkan kesadaran anggota keluarga, khususnya anak-anak, terhadap hal yang bermanfaat, berfaedah dan melakukan koreksi terhadap pemahaman yang keliru, menjaga mereka dari apa yang mengancam keselamatan mereka dan orang lain, mengajarkan akhlaq mulia kepada mereka, budi pekerti yang utama, kebiasaan-kebiasaan baik hingga melekat pada diri mereka, membiasakan prinsip menghias diri dengan keutamaan dan membersihkan diri dari perilaku yang kotor.
f). Melibatkan anggota keluarga pada pengalaman mendasar, keterampilan yang didahulukan yang harus dipelajari untuk kesiapan mereka bagaimana peran dan partisipasi yang dibutuhkan dalam kehidupan, melatih kepercayaan diri, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Orangtua dan anggota keluarga merupakan komunitas yang hidup bersama dengan berbagai perbedaan, kelebihan, kekurangan, dan dinamikanya. Tidak mungkin, Orangtua hanya berpangku tangan tanpa melibatkan diri dalam urusan mendidik keluarga. Kesadaran Orangtua dalam mendidik secara islami akan memberikan dampak positif bagi semua orang yang ada dalam keluarga. Sehingga konsep keluarga islami, sebagaimana yang disebut Nabi saw, baiti jannati, “rumahku adalah surgaku”, itu dapat diwujudkan.
Wallahu a’lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IDUL ADHA DI MASA PANDEMI

  الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وح...