Pendidikan Keluarga
Moh. In’ami
Rasulullah saw bersabda,
“Sesunguhnya Allah Ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di
surga. Kemudian dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa
terjadi padaku?” Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a yang
dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.”
(HR. Ahmad).
T
P
|
endidikan menjadi tema sentral dalam kehidupan manusia. Dalam suatu
negara, pendidikan mendapat perhatian dan prioritas. Bangsa manapun, yang
dikategorikan sebagai bangsa yang maju, tentu memiliki cara untuk mensupport,
memerhatikan dan membela yang disebut pendidikan.
Orang, masih percaya dan, beranggapan bahwa melalui pendidikan itulah perkembangan, pertumbuhan dan kemajuan dapat
diwujudkan. Tentunya suatu perkembangan positif yang menggemberikan. Suatu
pertumbuhan yang maksimal. Suatu tingkat kemajuan yang diharapkan. Dengan
sentuhan pendidikan itulah orang berubah dan mengubah diri, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari jahiliyah menjadi
berperadaban.
Membicarakan pendidikan berarti yang kita maksud
adalah Pendidikan Islam. Bagaimana melangsungkan pendidikan islami itulah tugas
setiap individu muslim di dalam lingkup dan komunitasnya, baik mikro maupun
makro; keluarga, sekolah, organisasi dan lain-lain, bahkan dalam level negara.
Tidak ada alasan untuk pasrah dan menyerahkan pendidikan institusi manapun
tanpa kita seleksi dan memilah dari pilihan-pilihan yang ada. Orangtua memiliki
peran penting dalam tahapan ini.
Pengasuh
Memilih orang untuk menjadi pengasuh dan atau
institusi pendidikan merupakan suatu ikhtiar yang, Orangtua atau wali,
bertanggungjawab dan berpartisipasi aktif dalam pengawasannya. Meski dengan
alasan kesibukan, tugas atau lainnya, Orangtua atau wali hendaknya menunjukkan
perhatian terhadap pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh orang yang diberi
amanat atau institusi yang ditunjuk.
Ketika anak berada dalam lingkungan keluarga, Orangtua lah yang bertugas
mendidik, memberikan perhatian, dan memberi contoh bagi anak tentang cara
berinteraksi, berkomunikasi, hingga beribadah. Tanpa contoh nyata dari orang
tua, rasanya sulit bagi anak untuk dapat menghayati dan menerima perintah atau
ajaran agama.
Masalah pendidikan keluarga adalah masalah kita bersama. Masing-masing,
para orang tua, memiliki peran sekaligus tanggungjawab. Dari keluarga inilah
akan lahir orang-orang yang kelak melanjutkan perjuangan para orang tua.
Pendidikan keluarga menjadi wahana yang baik dalam mendidik anak.
Yang dimaksud dengan terma pendidikan keluarga di sini adalah termasuk
dalam pendidikan yang menyempurnakan di lingkungan keluarga, yang bisa kita
temukan dalam masyarakat Muslim dengan berbagai variasinya; kadang terjadi antara suami dan istri
saja, kadang ditunjukkan pasangan suami-istri beserta sebagian anaknya. Mungkin
juga dalam membentuk keluarga ini sebagian kakek-nenek, paman-bibi, pakdhe-budhe,
atau selain mereka dari kalangan kerabat turut berpartisipasi pula. Bahkan para
pembantu dan pendidik, atau lainnya kadang menjadi terlibat. Sebagaimana
individu-individu dari kalangan keluarga bersandar pada generasi yang
berbeda-beda, yang kadang mencakup kakek, ayah dan anak.
Inti
Tidak ada keraguan bahwa keluarga memiliki pengaruh penting dan peran
besar dalam mendidik manusia: keluarga sebagai pengasuh pertama di mana seorang
individu hidup; keluarga adalah benang pertama yang darinya membentuk tenunan
masyarakat; sebagaimana keluarga adalah media alami yang mempersiapkan manusia dengan
segala pengasuhan dan perhatian sejak tahun-tahun awal daripada umurnya. Bisa
disebut fase keemasan.
Islam mendorong untuk dibentuknya sebuah keluarga dan memberikan
perhatian padanya karena adanya pengaruh nyata dalam membangun kepribadian
manusia dan membentuk karakternya sejak kecil.
Pada umumnya, suatu keluarga terdiri dari kumpulan individu yang
menghimpun padanya penghidupan yang satu, dan mereka diikat dalam satu ikatan
syar’i yang didasari oleh kasih (almawaddah) dan cinta (almahabbah).
Sebuah keluarga muslim yang ideal.
Dari sini dapat dikatakan bahwa keluarga dapat dikategorikan sebagai
sebuah lembaga pendidikan sosial yang memiliki banyak tugas, padanya menumpuk
kewajiban-kewajiban dasar, apalagi bahwa manusia hidup dalam kurun waktu yang lama
dari periode-periode kehidupannya; dari keluarga itulah manusia meneguk akidah,
akhlak, pemikiran, adat kebiasaan, dan lainnya dari sifat-sifat dan
perilaku-perilaku lainnya yang diperoleh dari keluarga; orang maupun kontennya
dari kalangan individu, keadaan maupun pengaruhnya.
Oleh karena itu keluarga dapat menjadi referensi kebaikan bagi manusia
atau sebaliknya dapat dikatakan sebagai peruntuh agama, akhlaq dan nilai.
Jangan pernah anggap enteng masalah keluarga dalam konteks ini.
Tugas
Mulia
Sedangkan tugas pendidikan keluarga sangatlah banyak dan
bermacam-macam. Apalagi keluarga fokus pada pengembangan dan pengasuhan seluruh
dimensi kepribadian manusia di setiap fase umurnya. Meskipun partisipasi
keluarga Muslim bersama pihak lain dari keluarga dalam melaksanakan sebagian dari
tugas-tugas pendidikan secara umum, bahwa bagi keluarga muslim bagian khusus
dari tugas itu.
Tugas keluarga muslim itu adalah:
a). Pekerjaan dalam bentuk membekali masyarakat muslim dengan orientasi
generasi yang saleh, yang mengantarkan pada realisasi sebagaimana sabda Nabi
saw: “Nikahilah olehmu wanita-wanita yang masih produktif (bisa beranak) dan
yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan
berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak.” (HR.
An-Nasai). Mereka inilah yang berperang kuat dalam mewujudkan dan melangsungkan
kehidupan keluarga, dan bertanggungjawab atas kemantapannya. Intinya adalah
pembekalan diri menuju yang diridlai Allah Ta’ala.
b). Pencapaian faktor ketentraman jiwa dan ketenangan bagi seluruh
anggota keluarga sehingga praktek pendidikan mereka menjadi sempurna dalam
nuansa yang penuh kebahagiaan jauh dari kecemasan, stres dan perasaan
kehilangan. Perhatikan ayat berikut, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Arrum: 21)
c). Pendidikan yang baik bagi anak-anak dengan melaksanakan tugas
membangun kesadaran sosial, dan berupaya menjaga fitrah mereka dari
penyimpangan dan kesesatan. Sebagai wujud realisasi sabda Nabi saw: “Tidaklah
seorang anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanya
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana hewan yang
dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan
adanya cacat?.” (HR. Muslim)
d). Menyuburkan nilai-nilai pendidikan islami yang benar bagi anggota
keluarga dengan jalan memperhatikan berbagai sisi-sisi kepribadian manusia
(ruh, akal, dan jasmani). Dan menjaga agar nilai-nilai itu tumbuh dan
berkembang secara sempurna, karena hal itu memiliki pengaruh yang besar dalam
membentuk pribadi seorang Muslim yang sempurna, dan menjalankan peran dan
partisipasinya bersama apa dan siapa yang ada di sekitarnya dalam bentuk
proaktif, terus menerus sepanjang fase kehidupan.
e). Menanamkan kesadaran anggota keluarga, khususnya anak-anak,
terhadap hal yang bermanfaat, berfaedah dan melakukan koreksi terhadap
pemahaman yang keliru, menjaga mereka dari apa yang mengancam keselamatan
mereka dan orang lain, mengajarkan akhlaq mulia kepada mereka, budi pekerti
yang utama, kebiasaan-kebiasaan baik hingga melekat pada diri mereka,
membiasakan prinsip menghias diri dengan keutamaan dan membersihkan diri dari
perilaku yang kotor.
f). Melibatkan anggota keluarga pada pengalaman mendasar, keterampilan
yang didahulukan yang harus dipelajari untuk kesiapan mereka bagaimana peran
dan partisipasi yang dibutuhkan dalam kehidupan, melatih kepercayaan diri, dan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Orangtua dan anggota keluarga merupakan komunitas yang hidup bersama
dengan berbagai perbedaan, kelebihan, kekurangan, dan dinamikanya. Tidak
mungkin, Orangtua hanya berpangku tangan tanpa melibatkan diri dalam urusan
mendidik keluarga. Kesadaran Orangtua dalam mendidik secara islami akan
memberikan dampak positif bagi semua orang yang ada dalam keluarga. Sehingga
konsep keluarga islami, sebagaimana yang disebut Nabi saw, baiti jannati,
“rumahku adalah surgaku”, itu dapat diwujudkan.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar