Selasa, 17 April 2018

Beramal Saleh secara Kompeten


Moh.In’ami |
Kompetensi Beramal Saleh

Dari sahabat Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah memberinya ’asal. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa maksud ‘asal dari-Nya?’ Beliau bersabda, “Allah berikan taufiq untuk beramal soleh, kemudian Allah cabut nyawanya dalam keadaan husnul khatimah.”
(HR. Ahmad dan Attirmidzi)
T

A
pa yang menjadikan manusia ada di permukaan bumi? Sebuah pertanyaan yang siapapun boleh menjawab dan mengajukan alasannya. Sebab, siapapun mendapat kesempatan yang sama dalam menyampaikan argumen, alasan, pendapat, gagasan, ataupun pendirian.
Nabi saw pernah bersabda, “Bersegeralah dalam berbuat amal saleh.” Itulah satu argumen bagi keberadaan manusia di atas permukaan bumi: beramal saleh. Menyebut dalil naqli, “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).” (QS. Almu’minun: 99). Maksud ayat ini adalah orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman. Mustahil. Pun dalam surat Almu’minun ayat 100 disebutkan, “agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak.”

Presisi

Pada saat malaikat maut datang, manusia tidak dapat berangan kecuali bila saja ia telah membekali dengan amal saleh. Karena amal saleh merupakan tanaman yang bisa dipanen di akhirat.
Tahukah Anda, berapa harga surga? Apakah Anda pernah mendengar seseorang pergi ke negeri yang jauh, tanpa apapun dari harta yang menemani? Bagaimana ia berbelanja untuk memenuhi hajatnya? Amal saleh: harga surga: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh.” (QS. Alkahfi: 110).
Maka dari itu, Nabi saw bersabda: “Bersegeralah dalam berbuat amal saleh.” Amal saleh; apakah Anda bersegera dalam melakukannya, atau Anda menunda-nunda untuk mengerjakannya.
Bersegera kepada amal saleh. Demikian redaksi hadits Nabi saw. Ada seorang yang mengetuk pintu rumah (tetangganya). Ia butuh bantuan. Ia mengajukan, menunggu akan datangnya amal saleh. Padahal hendaknya kamu mencari amal saleh itu. Anda bisa menemukannya pada saudara yang Anda menolongnya, orang fakir yang Anda memberinya makan, seorang yatim yang Anda menjaganya, seorang penuntut ilmu yang Anda mengasuhnya, seorang ibu dan ayah yang Anda berbuat baik pada keduanya, anak yang Anda mendidiknya, ajakan kebaikan yang Anda menerbarkannya, amal saleh yang Anda melakukannya, Anda harus mencarinya.

Dengan Amal Saleh

Jika kamu mengetahui tujuan, maka tindakan Anda akan benar. Demikian yang patut menjadi catatan dan peringatan.
Jika seseorang pergi ke suatu negara untuk belajar, ia ke sana hanya untuk mengambil program studi. Banyak godaan; panggung-panggung, kantor-kantor, di tempat-tempat bermain, kebun-kebun, tempat-tempat rekreasi, selama orang itu datang ke negara itu dalam rangka mengambil program studi maka tujuan itulah yang harus selalu ada di depannya.
Jika anda bergi ke London, misalnya, tidur di suatu hotel, bangun pagi di hari pertama. Jika dia bertanya pada kita, “Ke mana saya pergi? Kita bertanya balik, “Untuk apa Anda datang ke sini? Jika Anda hendak menuntut ilmu, pergilah ke lembaga pendidikan, ke kampus. Jika Anda datang untuk berdagang, pergilah ke pusat perbelanjaan. Jika Anda datang untuk pelesir, pergilah ke mal-mal dan tempat rekreasi.” Bahwa tindakan itu tidak akan benar kecuali jika telah diketahui tujuannya. Jika Anda mengetahui tujuan, tindakan Anda akan benar –mengarah ke sana.
Pertanyaannya kemudian, “Mengapa saya ada di dunia?” Pertanyaan yang besar. Namun sangat dekat dengan dinding penghalan. Kita bekerja dengan pekerjaan harian. Pekerjaan yang berat. Kadang itu tidak memiliki makna sama sekali, kita bangun tidur, datang ke tempat kerja, menjual, membeli, makan, tidur, berjaga di maalm hari, pada hari kedua. Pertanyaan penting, lagi meragukan: Mungkin kita bangun tidur setiap hari seperti berlomba kepada kehendak Allah?

Apa yang Anda Tunggu dari Dunia?

Nabi saw bersabda, “Apa yang ditunggu oleh salah satu dari kalian? Kalau saja manusia menginginkan dunia; ingin menguasai hartanya, perempuannya, rumahnya, istananya, jabatannya, statusnya, apa yang bisa ditunggu darinya? Bukankah kamu menunggu sesuatu melainkan kefakiran yang dilupakan.”
Termasuk musibah. Apakah orang menunggu kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong? Nabi saw menyebut salah satu musibah: kaya yang membuat sombong, yaitu kekayaan yang membawa diri seseorang mengadakan pesta perkawinan di Hotel Sheraton; campur-baur pria dan wanita, minuman keras yang dibagikan, baginya gengsi yang tinggi, pesta untuk anak laki atau perempuannya, sesuai dengan kedudukannya, harus ada artis-artis, lagu, dan serba luar negeri, gaun dari Paris. Inilah kaya yang membuat sombong.
Allah Ta’ala memberi teguran, “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu. Dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.” (QS. Almu’minun: 33).
Kemewahan adalah jalan kekufuran. Dan kekufuran mengantarkan pola hidup mewah. Apakah kalian akan menanti sampai datang kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong, atau sakit yang merusak kehidupan?
Sekarang menghadapi beban jiwa, yang melemahkan imunitas organ tubuh. Yang mengakibatkan kuatnya kuman dan penyakit.
Apakah kalian hanya menunggu kefakiran yang melenakan, atau kekayaan yang melampaui, atau sakit yang membinasakan, atau tua yang menggusarkan, sampai datang peringatan “dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (QS. Alhajj: 5)
Orang yang hidup dengan takwa akan hidup dengan kuat. Siapa yang hidup dengan ketakwaan akan hidup dengan aman, hidup dengan keberkahan. Demikian juga dengan yang mengkaji Alqur’an maka Allah Ta’ala akan memberi kenikmatan dengan akalnya hingga ia meninggal.
Termasuk kejahatan terselubung. Dajjal; orang yang melakukan sesuatu bertentangan dengan ucapannya. Orang yang mengatakan sesuatu, dan melakukan hal lain. Sebagai contoh: jika kita ingin menjelaskan sesuatu; Jika seorang ayah mengatakan kepada anak-anaknya yang sedang kelaparan sangat, dan belum makan dua hari. Sang ayah makan di depan mereka sepotong daging yang mahal harganya, dan tidak memberi makan barang secuilpun. Seorang ayah yang buas; memakan daging sendirian, dan meninggalkan anak-anaknya menahan rasa lapar. Harusnya sang ayah mengatakan kepada mereka: “Aku mencintai kalian, wahai anak-anakku” dan memberi mereka makan. Jika tidak demikian, itulah kejahatan terselubung.
Seorang muslim hendaknya memiliki keyakinan yang teguh: bahwa Alqur’an ini merupakan persifatan ilahiyah, karena Allah Ta’ala berfirman: “dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” (QS. Yunus: 57). Maka Alqur’an ini menunjukkan bahwa tidaklah beriman kepada Alqur’an orang yang menghalalkan apa yang telah diharamkannya.
Dalam surat Alfurqan ayat 30 disebutkan: “Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku. Sesungguhnya kaumku menjadikan Alqur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan".”
Makna tidak diacuhkan adalah tidak diacuhkan dalam interaksi keseharian; kalian membaca Alqur’an dan mendengarkannya, namun sama sekali kosong –dari pengamalan: tidak melaksanakannya, tidak menjadikannya pedoman, tidak menghalalkan apa yang disebut halal, tidak mengharamkan apa yang disebut haram, dan tidak pula menerapkan hukum Allah di dalamnya.
Siapapun diajak menuju amal saleh. Ukuran Anda di sisi Allah berdasarkan amal saleh yang telah kamu lakukan. Siapa yang hendak bertemu Allah Ta’ala sedang Dia rela, maka hendaklah beramal saleh; kegemaran Anda di sisi Allah dengan amal saleh. Amal saleh akan mengangkat derajat Anda, derajat di sisi Allah.
Kapan amal saleh  diterima? Mungkinkah amal saleh yang tidak benar? Jawabannya adalah mungkin. Sebagai contoh: sebuah pertemuan yang mengandung alunan musik, dalam rangka membantu orang-orang yang membutuhkan, orang-orang fakir. Bantuan ini merupakan amal saleh, pada dhahirnya saja namun didasari kemaksiatan. Pertemuan yang tidak diridlai Allah Ta’ala. Amal saleh yang Allah terima adalah yang sesuai dengan manhaj Rasulullah saw.
Menurut Fudhail bin Iyadh, bahwa amal saleh menghajatkan dua syarat: dikerjakan dengan keikhlasan dan benar. Ikhlas; hanya mengharap ridha Allah semata. Benar; yang sesuai dengan sunnah.
Untuk itulah amal saleh hendaknya berhubungan dengan aturan Allah, mengikuti manhaj Rasulullah, didasari keikhlasan, sehingga diterima di sisi Nya.
Kapan amal saleh berpengaruh besar? Amal saleh akan berpengaruh besar jika dilakukan secara kontinu –istiqamah. Dalam amal saleh yang berbasis materi, adalah mengeluarkan sebagian harta begitu mudah bagi orang kaya, karena ia memiliki simapan harta yang banyak.
Inilah warning Allah: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah.” (QS. Attaubah: 19).
Maka kesesuaian adalah hal pokok; kesesuaian setelah ketepatan dalam amal saleh sangat berpengaruh dan sukses besar.
Kesempatan emas. Kita berada di bulan mulia. Kita berada di bulan amal saleh. Kita berada di bulan sedekah, memaksa resiko, memberi makan anak-anak yatim dan orang-orang fakir, juga memberi mereka pakaian. “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Alkahfi: 110). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IDUL ADHA DI MASA PANDEMI

  الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وح...