Moh.In’ami |
Kompetensi Beramal Saleh
Dari sahabat Anas ra, Rasulullah saw
bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah
memberinya ’asal. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa maksud ‘asal dari-Nya?’
Beliau bersabda, “Allah berikan taufiq untuk beramal soleh, kemudian Allah
cabut nyawanya dalam keadaan husnul khatimah.”
(HR. Ahmad dan
Attirmidzi)
T
A
|
pa yang menjadikan manusia ada di
permukaan bumi? Sebuah pertanyaan yang siapapun boleh menjawab dan mengajukan
alasannya. Sebab, siapapun mendapat kesempatan yang sama dalam menyampaikan
argumen, alasan, pendapat, gagasan, ataupun pendirian.
Nabi saw pernah bersabda,
“Bersegeralah dalam berbuat amal saleh.” Itulah satu argumen bagi keberadaan
manusia di atas permukaan bumi: beramal saleh. Menyebut dalil naqli, “Ya
Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).” (QS. Almu’minun: 99). Maksud ayat
ini adalah orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya
diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman. Mustahil. Pun dalam surat
Almu’minun ayat 100 disebutkan, “agar aku berbuat amal yang saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak.”
Presisi
Pada saat malaikat maut datang,
manusia tidak dapat berangan kecuali bila saja ia telah membekali dengan amal
saleh. Karena amal saleh merupakan tanaman yang bisa dipanen di akhirat.
Tahukah Anda, berapa harga surga?
Apakah Anda pernah mendengar seseorang pergi ke negeri yang jauh, tanpa apapun
dari harta yang menemani? Bagaimana ia berbelanja untuk memenuhi hajatnya? Amal
saleh: harga surga: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh.” (QS. Alkahfi: 110).
Maka dari itu, Nabi saw bersabda:
“Bersegeralah dalam berbuat amal saleh.” Amal saleh; apakah Anda bersegera
dalam melakukannya, atau Anda menunda-nunda untuk mengerjakannya.
Bersegera kepada amal saleh.
Demikian redaksi hadits Nabi saw. Ada seorang yang mengetuk pintu rumah
(tetangganya). Ia butuh bantuan. Ia mengajukan, menunggu akan datangnya amal
saleh. Padahal hendaknya kamu mencari amal saleh itu. Anda bisa menemukannya
pada saudara yang Anda menolongnya, orang fakir yang Anda memberinya makan,
seorang yatim yang Anda menjaganya, seorang penuntut ilmu yang Anda
mengasuhnya, seorang ibu dan ayah yang Anda berbuat baik pada keduanya, anak
yang Anda mendidiknya, ajakan kebaikan yang Anda menerbarkannya, amal saleh
yang Anda melakukannya, Anda harus mencarinya.
Dengan Amal Saleh
Jika kamu mengetahui tujuan, maka
tindakan Anda akan benar. Demikian yang patut menjadi catatan dan peringatan.
Jika seseorang pergi ke suatu
negara untuk belajar, ia ke sana hanya untuk mengambil program studi. Banyak
godaan; panggung-panggung, kantor-kantor, di tempat-tempat bermain,
kebun-kebun, tempat-tempat rekreasi, selama orang itu datang ke negara itu
dalam rangka mengambil program studi maka tujuan itulah yang harus selalu ada
di depannya.
Jika anda bergi ke London,
misalnya, tidur di suatu hotel, bangun pagi di hari pertama. Jika dia bertanya
pada kita, “Ke mana saya pergi? Kita bertanya balik, “Untuk apa Anda datang ke
sini? Jika Anda hendak menuntut ilmu, pergilah ke lembaga pendidikan, ke
kampus. Jika Anda datang untuk berdagang, pergilah ke pusat perbelanjaan. Jika
Anda datang untuk pelesir, pergilah ke mal-mal dan tempat rekreasi.” Bahwa
tindakan itu tidak akan benar kecuali jika telah diketahui tujuannya. Jika Anda
mengetahui tujuan, tindakan Anda akan benar –mengarah ke sana.
Pertanyaannya kemudian, “Mengapa
saya ada di dunia?” Pertanyaan yang besar. Namun sangat dekat dengan dinding
penghalan. Kita bekerja dengan pekerjaan harian. Pekerjaan yang berat. Kadang
itu tidak memiliki makna sama sekali, kita bangun tidur, datang ke tempat
kerja, menjual, membeli, makan, tidur, berjaga di maalm hari, pada hari kedua.
Pertanyaan penting, lagi meragukan: Mungkin kita bangun tidur setiap hari
seperti berlomba kepada kehendak Allah?
Apa yang Anda Tunggu dari
Dunia?
Nabi saw bersabda, “Apa yang
ditunggu oleh salah satu dari kalian? Kalau saja manusia menginginkan dunia;
ingin menguasai hartanya, perempuannya, rumahnya, istananya, jabatannya,
statusnya, apa yang bisa ditunggu darinya? Bukankah kamu menunggu sesuatu melainkan
kefakiran yang dilupakan.”
Termasuk musibah. Apakah orang
menunggu kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong? Nabi saw
menyebut salah satu musibah: kaya yang membuat sombong, yaitu kekayaan yang
membawa diri seseorang mengadakan pesta perkawinan di Hotel Sheraton;
campur-baur pria dan wanita, minuman keras yang dibagikan, baginya gengsi yang
tinggi, pesta untuk anak laki atau perempuannya, sesuai dengan kedudukannya,
harus ada artis-artis, lagu, dan serba luar negeri, gaun dari Paris. Inilah
kaya yang membuat sombong.
Allah Ta’ala memberi teguran, “Dan
berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan
menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam
kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu.
Dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.”
(QS. Almu’minun: 33).
Kemewahan adalah jalan kekufuran.
Dan kekufuran mengantarkan pola hidup mewah. Apakah kalian akan menanti sampai
datang kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong, atau sakit
yang merusak kehidupan?
Sekarang menghadapi beban jiwa,
yang melemahkan imunitas organ tubuh. Yang mengakibatkan kuatnya kuman dan
penyakit.
Apakah kalian hanya menunggu
kefakiran yang melenakan, atau kekayaan yang melampaui, atau sakit yang
membinasakan, atau tua yang menggusarkan, sampai datang peringatan “dan (ada
pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (QS. Alhajj:
5)
Orang yang hidup dengan takwa
akan hidup dengan kuat. Siapa yang hidup dengan ketakwaan akan hidup dengan
aman, hidup dengan keberkahan. Demikian juga dengan yang mengkaji Alqur’an maka
Allah Ta’ala akan memberi kenikmatan dengan akalnya hingga ia meninggal.
Termasuk kejahatan terselubung.
Dajjal; orang yang melakukan sesuatu bertentangan dengan ucapannya. Orang yang
mengatakan sesuatu, dan melakukan hal lain. Sebagai contoh: jika kita ingin
menjelaskan sesuatu; Jika seorang ayah mengatakan kepada anak-anaknya yang
sedang kelaparan sangat, dan belum makan dua hari. Sang ayah makan di depan
mereka sepotong daging yang mahal harganya, dan tidak memberi makan barang
secuilpun. Seorang ayah yang buas; memakan daging sendirian, dan meninggalkan
anak-anaknya menahan rasa lapar. Harusnya sang ayah mengatakan kepada mereka:
“Aku mencintai kalian, wahai anak-anakku” dan memberi mereka makan. Jika tidak
demikian, itulah kejahatan terselubung.
Seorang muslim hendaknya memiliki
keyakinan yang teguh: bahwa Alqur’an ini merupakan persifatan ilahiyah, karena
Allah Ta’ala berfirman: “dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada.” (QS. Yunus: 57). Maka Alqur’an ini menunjukkan bahwa tidaklah
beriman kepada Alqur’an orang yang menghalalkan apa yang telah diharamkannya.
Dalam surat Alfurqan ayat 30
disebutkan: “Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku. Sesungguhnya kaumku
menjadikan Alqur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan".”
Makna tidak diacuhkan
adalah tidak diacuhkan dalam interaksi keseharian; kalian membaca Alqur’an dan
mendengarkannya, namun sama sekali kosong –dari pengamalan: tidak
melaksanakannya, tidak menjadikannya pedoman, tidak menghalalkan apa yang
disebut halal, tidak mengharamkan apa yang disebut haram, dan tidak pula
menerapkan hukum Allah di dalamnya.
Siapapun diajak menuju amal
saleh. Ukuran Anda di sisi Allah berdasarkan amal saleh yang telah kamu
lakukan. Siapa yang hendak bertemu Allah Ta’ala sedang Dia rela, maka hendaklah
beramal saleh; kegemaran Anda di sisi Allah dengan amal saleh. Amal saleh akan
mengangkat derajat Anda, derajat di sisi Allah.
Kapan amal saleh diterima? Mungkinkah amal saleh yang tidak
benar? Jawabannya adalah mungkin. Sebagai contoh: sebuah pertemuan yang
mengandung alunan musik, dalam rangka membantu orang-orang yang membutuhkan,
orang-orang fakir. Bantuan ini merupakan amal saleh, pada dhahirnya saja namun
didasari kemaksiatan. Pertemuan yang tidak diridlai Allah Ta’ala. Amal saleh
yang Allah terima adalah yang sesuai dengan manhaj Rasulullah saw.
Menurut Fudhail bin Iyadh, bahwa
amal saleh menghajatkan dua syarat: dikerjakan dengan keikhlasan dan benar.
Ikhlas; hanya mengharap ridha Allah semata. Benar; yang sesuai dengan sunnah.
Untuk itulah amal saleh hendaknya
berhubungan dengan aturan Allah, mengikuti manhaj Rasulullah, didasari
keikhlasan, sehingga diterima di sisi Nya.
Kapan amal saleh berpengaruh
besar? Amal saleh akan berpengaruh besar jika dilakukan secara kontinu
–istiqamah. Dalam amal saleh yang berbasis materi, adalah mengeluarkan sebagian
harta begitu mudah bagi orang kaya, karena ia memiliki simapan harta yang
banyak.
Inilah warning Allah: “Apakah
(orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan
mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi
Allah.” (QS. Attaubah: 19).
Maka kesesuaian adalah hal pokok;
kesesuaian setelah ketepatan dalam amal saleh sangat berpengaruh dan sukses
besar.
Kesempatan emas. Kita berada di
bulan mulia. Kita berada di bulan amal saleh. Kita berada di bulan sedekah,
memaksa resiko, memberi makan anak-anak yatim dan orang-orang fakir, juga
memberi mereka pakaian. “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Alkahfi: 110).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar