Konstruksi
Pesantren Harakatul Qur’an
Pesantren didirikan atas dasar
dan pondasi yang kuat. Dasar dan pondasi ini akan mempengaruhi perjalanan
pesantren ke depan. Kekuatan dasar dan pondasi pesantren menjadi elan vital
bagi kontinuitas dan ketahanannya dalam menghadapi pelbagai macam tantangan
internal maupun eksternal.
Pesantren berdiri bukan untuk masa yang terbatas,
ia hidup dan mengalir sepanjang zaman. Pesantren berkembang tidak satu
atau dua hari, ia bergerak dari waktu ke waktu secara berangsur. Tidak ada
pesantren yang secara tiba-tiba berdiri di atas tanah sekian hektar dengan
bangunan yang megah dan satri berjumlah ribuan.
Gradasi pesantren dalam suatu limit
waktu tertentu memberi tanda bahwa terdapat kehidupan di pesantren. Kurun waktu
menjadi saksi perjalanan pesantren. Dan adanya jalan menuju pesantren, pondasi,
bangunan gedung, tata letak, dan lainnya hanya merupakan pertanda kehidupan
pesantren dari satu sisi, sedangkan dari sisi yang lain ada yang lebih penting,
vital, dan berpengaruh bagi semua warga di pesantren.
Jiwa santri, guru dan kyia menjadi
prioritas yang mendahului bangunan lainnya. Apa artinya sebuah gedung bila yang
ada di dalamnya merasa tidak berteduh? Apa artinya fasilitas yang mewah bila
kebutuhan non fisik tidak mendapat perhatian maksimal dan proporsional?
Konstruksi pesantren dapat
terwujud dalam dua dimensi, yang masing-masing saling memperkuat dan menyangga
satu sama lain; dimensi lahir dan dimensi batin.
Dimensi lahir pesantren merupakan hardware
yang menjadi tempat sekaligus wahana bagi para warga pesantren dalam usaha
merealisasikan aktivitas pembelajaran dan transformasi keilmuan. Perangkat
keras tersebut, sederhana atau cukup, dapat dijadikan sebagai kekuatan.
Dimensi batin pesantren
merupakan software yang menjadi ruh dan spirit bagi jalan-geraknya
sistem dan dinamika kyai, guru, dan santri di kawasan pesantren. Dimensi ini
dapat mendorong, menggerakkan, bahkan memobilisasi kehidupan kyai, guru, dan
santri agar senantiasa berada dalam the right track –jalur dakwah, tarbiyah, ta’lim dan thalabul
‘ilm.
Keseimbangan dimensi lahir dan batin
ini memberikan suatu sensasi intelektual-emosional-spiritual yang mampu memompa
dan membangkitkan rasa, potensi, dan kreativitas, serta ghirah dalam lautan
ayat-ayat ilahiyah yang tertulis dalam Qur’an dan yang tersebar dalam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar