Senin, 02 Juli 2018

Iman pada Akhirat


Negeri Akhirat itu Lebih Baik

Dalam keseharian seorang Muslim dihadapkan berbagai kenyataan, yang kadang tidak sesuai dengan harapan; kadang tidak berkenan di hati; kadang tidak ada perhatian yang tertuju. 
Sungguh orang yang membenarkan adanya hari akhir akan menjadi bukti adanya keimanan terhadap rukun iman yang enam. Hari itu adalah hari manusia memasuki perhitungan.
Siapapun akan mendapat balasan atas ucapan dan amalan mereka. Firman Allah,
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah: 7-8)
Keimanan kepada hari akhir mendorong setiap orang untuk bersegera beramal saleh; dengan harapan agar menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.
Sungguh Allah telah menambatkan keimanan dengan amal saleh.
“Siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah: 62)
Pengejaran terhadap pahala ini menjadikan setiap orang mukmin meminta, mengharap dan memohon kepada Rabbnya agar memuliakannya dengan dua kebaikan –dunia dan akhirat.
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".” (Al-Baqarah: 201). Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.
Dan termasuk suatu kesempurnaan dari kebahagiaan di dunia adalah hendaknya mengerjakan amal saleh, sedang ia menanti balasan dan pahalanya di akhirat.
Firman Allah, “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Al-Isra’: 19).
Ayat itu mengantarkan setiap orang kepada pemahaman bahwa siapa saja yang menghendaki kehidupan akhirat dan apa yang ada di dalamnya berupa kenikmatan dan kesenangan, dan berusaha untuk merealisasikan hal itu dengan amal saleh maka Allah SWT bersyukur atas upaya yang dilakukan hamba-Nya, menghapus kesalahannya, dan memberi balasan yang lebih baik dengan rahmat-Nya.
Bagaimana kita memanfaatkan kehidupan dunia untuk akhirat kita?
Yang membuat setiap orang mukmin berbahagia adalah saat ia mampu menjadikan ketaqwaan sebagai bagian terbesar dari upaya seorang mukmin dalam memanfaatkan kehidupannya untuk memperoleh pahala di akhirat.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.” (QS. Yunus: 63-64).
Yang termasuk harapan seorang mukmin di sisi Allah di akhirat adalah merasa bahagia dalam mengikuti petunjuk Nabi saw, karena Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Siapa di antara kita yang berharap pahala di akhirat?
Siapapun yang berkomitmen untuk pahala di akhirat akan bersungguh-sungguh dalam memakmurkan masjid, menjaga shalat, menunaikan zakat dari hartanya, dan hanya takut pada Allah Ta’ala. 
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Taubah: 18). 
Pada ayat lain disebutkan,
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Al-Zumar: 9); yakni orang-orang yang mencari dan mengejar rahmat Allah Ta’ala, mereka berdiri menghadap kepada-Nya dalam ibadah, dan pada waktu sahur mereka memohon ampunan.  
Dan keimanan sebagaimana Allah Ta’ala telah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya di akhirat berupa pahala yang besar dan nikmat yang langgeng mendorong manusia untuk bersemangat menghadap kepada Allah dalam doa, tunduk kepada-Nya dalam harapan, sambil memohon ganjaran dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebut doa para hamba-Nya yang beriman, mereka mengatakan “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami.” (QS. Ali Imran: 147).
Maka Allah mengabulkan doa mereka, memberi yang lebih baik pahala mereka. “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 148).  
Maka dari itu, keimanan kepada hari akhir memperteguh dan menguatkan hiasan akhlak yang mulia, dan berinteraksi dengan perilaku yang luhur. Salah satu dari sifat itu adalah tawadlu’ dalam berharap pahala akhirat.
Sungguh Allah Ta’ala telah menjadikan nikmat akhirat bagi para hamba-Nya yang tawadlu’.
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83).
Selain kebaikan di atas, masih ada lagi kebaikan yang dapat diselenggarakan dalam dimensi individu dan sosial lainnya, seperti berlaku baik kepada tetangga, memuliakan tamu, dan berusaha mengatakan dengan perkataan yang baik kepada siapa saja –tanpa terkecuali. Kesemuanya merupakan amalan yang menuntun pelakunya kepada balasan yang baik di akhirat.
Rasul saw pernah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berlaku baik kepada tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya. Siapa sayang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata dengan perkataan yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Selanjutnya, siapa yang menghendaki pahala yang besar di akhirat hendaknya ia menyambung silaturahim. Sebagaimana sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia menyambung silaturahim.” (HR. Al-Bukhari)
Maka kebahagiaan akan negeri akhirat adalah keniscayaan bagi setiap Muslim.
“Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?” (QS. Al-A’raf: 169).











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IDUL ADHA DI MASA PANDEMI

  الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وح...