Negeri Akhirat itu Lebih Baik
Dalam
keseharian seorang Muslim dihadapkan berbagai kenyataan, yang kadang tidak
sesuai dengan harapan; kadang tidak berkenan di hati; kadang tidak ada
perhatian yang tertuju.
Sungguh
orang yang membenarkan adanya hari akhir akan menjadi bukti adanya keimanan
terhadap rukun iman yang enam. Hari itu adalah hari manusia memasuki
perhitungan.
Siapapun
akan mendapat balasan atas ucapan dan amalan mereka. Firman Allah,
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah: 7-8)
Keimanan
kepada hari akhir mendorong setiap orang untuk bersegera beramal saleh; dengan
harapan agar menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.
Sungguh
Allah telah menambatkan keimanan dengan amal saleh.
“Siapa
saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(Al-Baqarah: 62)
Pengejaran terhadap
pahala ini menjadikan setiap orang mukmin meminta, mengharap dan memohon kepada
Rabbnya agar memuliakannya dengan dua kebaikan –dunia dan akhirat.
“Dan di antara mereka
ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka".” (Al-Baqarah:
201). Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.
Dan termasuk suatu
kesempurnaan dari kebahagiaan di dunia adalah hendaknya mengerjakan amal saleh,
sedang ia menanti balasan dan pahalanya di akhirat.
Firman Allah, “Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Al-Isra’: 19).
Ayat itu mengantarkan
setiap orang kepada pemahaman bahwa siapa saja yang menghendaki kehidupan
akhirat dan apa yang ada di dalamnya berupa kenikmatan dan kesenangan, dan
berusaha untuk merealisasikan hal itu dengan amal saleh maka Allah SWT
bersyukur atas upaya yang dilakukan hamba-Nya, menghapus kesalahannya, dan
memberi balasan yang lebih baik dengan rahmat-Nya.
Bagaimana kita memanfaatkan
kehidupan dunia untuk akhirat kita?
Yang membuat setiap orang
mukmin berbahagia adalah saat ia mampu menjadikan ketaqwaan sebagai bagian
terbesar dari upaya seorang mukmin dalam memanfaatkan kehidupannya untuk
memperoleh pahala di akhirat.
“(yaitu) orang-orang
yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.” (QS.
Yunus:
63-64).
Yang termasuk harapan
seorang mukmin di sisi Allah di akhirat adalah merasa bahagia dalam mengikuti
petunjuk Nabi saw, karena Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat.” (QS. Al-Ahzab:
21).
Siapa di antara kita
yang berharap pahala di akhirat?
Siapapun yang
berkomitmen untuk pahala di akhirat akan bersungguh-sungguh dalam memakmurkan
masjid, menjaga shalat, menunaikan zakat dari hartanya, dan hanya takut pada Allah
Ta’ala.
“Hanya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Taubah: 18).
Pada ayat lain
disebutkan,
“(Apakah kamu hai
orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Al-Zumar: 9); yakni
orang-orang yang mencari dan mengejar rahmat Allah Ta’ala, mereka berdiri
menghadap kepada-Nya dalam ibadah, dan pada waktu sahur mereka memohon ampunan.
Dan keimanan
sebagaimana Allah Ta’ala telah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya di akhirat
berupa pahala yang besar dan nikmat yang langgeng mendorong manusia untuk
bersemangat menghadap kepada Allah dalam doa, tunduk kepada-Nya dalam harapan,
sambil memohon ganjaran dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah Ta’ala telah
menyebut doa para hamba-Nya yang beriman, mereka mengatakan “Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami.” (QS. Ali Imran: 147).
Maka Allah mengabulkan
doa mereka, memberi yang lebih baik pahala mereka. “Karena itu Allah memberikan
kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 148).
Maka dari itu,
keimanan kepada hari akhir memperteguh dan menguatkan hiasan akhlak yang mulia,
dan berinteraksi dengan perilaku yang luhur. Salah satu dari sifat itu adalah
tawadlu’ dalam berharap pahala akhirat.
Sungguh Allah Ta’ala
telah menjadikan nikmat akhirat bagi para hamba-Nya yang tawadlu’.
“Negeri
akhirat itu,
Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan
di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83).
Selain kebaikan di
atas, masih ada lagi kebaikan yang dapat diselenggarakan dalam dimensi individu
dan sosial lainnya, seperti berlaku baik kepada tetangga, memuliakan tamu, dan
berusaha mengatakan dengan perkataan yang baik kepada siapa saja –tanpa terkecuali.
Kesemuanya merupakan amalan yang menuntun pelakunya kepada balasan yang baik di
akhirat.
Rasul saw pernah
bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya
berlaku baik kepada tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaknya ia memuliakan tamunya. Siapa sayang beriman kepada Allah dan hari
akhir hendaknya berkata dengan perkataan yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Selanjutnya, siapa
yang menghendaki pahala yang besar di akhirat hendaknya ia menyambung
silaturahim. Sebagaimana sabda Nabi saw, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaknya ia menyambung silaturahim.” (HR. Al-Bukhari)
Maka kebahagiaan akan negeri
akhirat adalah keniscayaan bagi setiap Muslim.
“Dan
kampung akhirat itu lebih baik bagi
mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?” (QS. Al-A’raf:
169).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar