Moh.In’ami |
Mendidik Diri Mewaspadai Godaan
“Apabila aku mencegah kamu sekalian dari sesuatu maka
jauhilah. Apabila aku menyeru kepada kalian pada suatu perkara maka kerjakanlah
sesuai dengan kemampuanmu.”
(HR. Albukhari)
T
U
|
jian dan cobaan adalah sunnatullah adanya. Dan siapa yang mulia atau
mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, pastilah menghadapi ujian dan cobaan
terlebih dahulu. Eksistensi ujian dan cobaan itu muaranya adalah penguatan
keimanan dan ketangguhan dalam memegang teguh agama Allah dan pengamalannya
dalam kehidupan.
Perjalanan hidup yang ditempuh setiap orang pastilah tidak semudah yang
dibayangkan. Apa yang menjadi rencana kadang di lapangan nyata menjadi ‘jauh
panggang dari api’, hidup menjadi berbeda dari perencanaan. Meskipun hal itu
sering dianggap sebagai sesuatu yang kurang disukai, atau dibenci sama sekali.
Yang mesti diperhatikan oleh setiap kaum Muslim adalah seringnya muncul
berbagai macam godaan dalam menggapai cita-cita yang mulia –menuju satu
orientasi yang bersifat ukhrawi. Berbagai godaan itu bisa muncul kapan saja.
Dan godaan yang paling berat adalah hawa nafsu kita sendiri.
Rasul saw sepulang dari peperangan yang paling besar pernah menyampaikan
statemen, “kita baru saja pulang dari jihad yang kecil” dan hal ini membuat
para sahabat berpikir, yang pada akhirnya mereka mengajukan pertanyaan kepada
beliau, “Lalu, apa jihad yang besar wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “jihad
melawan hawa nafsu”.
Godaan itu
Terdapat banyak pelajaran tentang bagaimana orang-orang terdahulu mendapat
cobaan dan godaan, serta bagaimana menghadapinya. Sebagai contoh kisah Nabi
Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena tergoda oleh rayuan iblis. Nabi
Adam memakan buah khuldi, buah larangan. Godaan itu dijelaskan dalam:
“Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya
dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami
berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi
kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(QS. Al-Baqarah: 36). Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Adam diturunkan di
daerah Shofa, sementara Hawa di daerah Marwa. Oleh sebab Adam dan Hawa
tergelincir, keduanya sadar dan segera bertaubat. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Abu
Ja’far Al-Razi, dari Rabi’ bin Anas, dari Abi Aliyah, menjelaskan firman Allah
Ta’ala:
“Kemudian Adam
menerima beberapa kalimat dari Tuhannya” (QS. Al-Baqarah: 37). Disebutkan
bahwa ketika Adam tertimpa kesalahan,
beliau berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana jika aku bertaubat dan memperbaiki
diri?” Allah menjawab: “Aku mengembalikanmu ke surga, dan itulah beberapa kalimat.”
Tentang beberapa kalimat –(ajaran-ajaran) yang dimaksud dari Tuhan yang
diterima oleh Adam– sebagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk
bertaubat. Dan salah satu dari beberapa kalimat adalah:
“Ya Tuhan kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.” (QS. Al-A’raf: 23) Maka Allah menerima taubat keduanya. Dan
sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Demikian juga Nabi Yusuf juga menghadapi cobaan dan godaan, sebagaimana
disinyalir dalam QS. Yusuf: 24 yang berbunyi:
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan
Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh,
dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang yang terpilih.”
Ayat di atas tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf as mempunyai keinginan
yang buruk terhadap Zulaikha, tetapi godaan itu demikian besarnya sehingga
sekiranya dia tidak dikuatkan dengan keimanan Allah Ta’ala tentu dia jatuh ke
dalam kemaksiatan.
Kronologis hengkangnya iblis dari surga disebutkan dalam Alqur’an surat
Al-A’raf ayat 11 sampai dengan ayat 16. Dan pada ayat 17 iblis beserta
antek-anteknya akan menggoda manusia dari berbagai arah, “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang,
dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur.”
Iblis tidak taat kepada perintah Allah Ta’ala. Begitu iblis dikeluarkan
dari surga terjadilah deal dengan Allah, agar diberi panjang umur dan
akan menjadi penyesat manusia. Komitmen iblis dan sekutunya adalah menjadi
penggoda manusia. Iblispun konsisten dengan hal itu.
“(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya.” (QS. Shad: 82),
meski demikian iblis mengakui bahwa terdapat manusia yang tidak dapat digoda
dan rayunya, yaitu sebagaimana disebutkan dalam surat yang sama ayat 83: “kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka”. Orang-orang yang
terpilih tersebut adalah orang-orang yang diberi taufik untuk menaati segala
petunjuk dan perintah Allah Ta’ala.
Dalam konteks dunia modern, godaan demi godaan itu datang silih berganti,
mulai dari yang nampak jelas di luar rumah hingga di dalam kamar tempat kita
beristirahat. Ekpos-ekpos yang sengaja mempertontonkan aurat, budaya yang
sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam, hingga media-media yang tidak
lagi memperhatikan norma agama dan amoral. Untuk menjaga dari hal-hal negatif
tersebut waspadalah pada early warning Allah:
“Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Alqur’an) ketika (Alqur’an)
itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” (QS.
Al-Furqan: 29)
Ayat dan Hadits tentang
Godaan
Kita bisa menemukan dalam Al-Qur'an dan hadits berbagai
macam upaya setan dalam menggoda manusia, yaitu: (a) Setan menggoda manusia
agar secara parsial dalam memahami dan melaksanakan Islam. “Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 208); (b) Setan menanamkan permusuhan kepada sesama manusia. “Sesungguhnya
setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”
(QS. Al-Maidah: 91); (c) Setan menggoda agar manusia lupa kepada Allah. “Syaitan
telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka
itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah
golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujadilah: 19); (d) Setan mengajak
berpaling dari syariat Allah. “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran
Tuhan Yang Maha Pemurah (Alqur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang
menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”
(QS. Az-Zukhruf: 36); (e) Setan mengajak orang taklid. “Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka
menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti
bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang
menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqman: 21); (f) Setan menunggangi tukang
sihir dan paranormal untuk menyesatkan manusia. “Sesungguhnya iblis
meletakkan singgasananya di atas air, lalu mengutus bala tentaranya, maka yang
paling dekat dengan iblis yang paling besar menggodanya. Lalu salah satunya
datang dan berkata: "Aku telah berbuat ini dan itu". Iblis berkata:
"Kamu belum berbuat apa-apa". Kemudian datang yang lain. Dia berkata:
"Tidaklah aku meninggalkan mereka sehingga aku mampu memisahkan antara dia
dan istrinya". Lalu iblis mendekatinya dan berkata: "Kamu adalah
sebaik-baik pengikutku". (HR. Muslim); (g) Setan menimbulkan
was-was dan ragu-ragu. “Datang setan kepada salah satu diantara kalian, lalu
bertanya: "Siapa yang menciptakan ini dan ini, bahkan sampai bertanya
siapa yang menciptakan Rabbmu" Maka jika datang was-was demikian
berlindunglah kepada Allah dan hentikan (berpikir demikian).” (HR. Muslim);
(h) Setan menunggangi penyanyi dan penyair. Abu Said berkata: "tatkala
kami berjalan bersama Rasulullah melewati kampung Araj, tiba-tiba datang
penyair sedang bernyanyi, lalu Rasulullah saw bersabda: Tangkap setan itu
atau sergap dia, sungguh seandainya perut seseorang diisi dengan muntahan itu
lebih baik daripada hati mereka diisi dengan syair-syiar.”(HR. Muslim); (i)
Setan menunggangi ulama su' (sesat) dan para pendusta agama. “Akan ada pada
hari akhir umatku ini manusia menceritakan hadits kepadamu, kamu dan ayahmu,
tidak pernah mendengar sebelumnya, maka berhati-hatilah kamu dan waspadalah
dengan mereka.” (HR. Muslim). Abdullah r.a. berkata: “Sesungguhnya
setan akan menjelma manusia lalu dia datang kepada suatu kaum lalu bercerita
kepada mereka dengan membawakan hadits palsu, sehingga mereka berpecah belah,
lalu ada yang berkata: "aku mendengar orang berbicara, aku tahu wajahnya
akan tetapi aku tidak tahu namanya ketika menyampaikan hadits.” (HR.
Muslim); (j) Setan menggoda dengan menyebar fitnah. “Janganlah salah seorang
diantara kamu mengacungkan alat tajammu ke saudaranya, karena dia tidak tahu
barangkali setan akan mencabut alat tajam itu dari tangannya lalu mengena
kepada kawannya lalu dia masuk ke jurang api neraka.” (HR. Albukhari); (k)
Setan menggoda orang yang sedang beribadah. Aisyah r.a. pernah bertanya kepada
Nabi saw tentang hukum menoleh saat shalat, maka beliau bersabda: Dia adalah
pencurian setan. Setan itu mencuri shalat salah satu diantara kalian.” (HR.
Albukhari); (l) Setan menggoda lewat mimpi. “Mimpi yang baik itu datangnya
dari Allah dan mimpi jelek itu dari setan. Maka jika salah satu diantara kamu
bermimpi jelek dan merasa ketakutan segeralah meludah ke sebelah kiri dan
berlindung kepada Allah dari kejelekan mimpi. Sesungguhnya yang demikian itu
tidak membahayakan.” (HR. Albukhari)
Sudah menjadi takdirnya, setan menggoda manusia, supaya manusia lupa akan
tujuan akhirnya, Allah.
“Dan sungguh ia (setan) itu telah menyesatkan sebagian besar di antara
kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?” (QS. Yasin: 62)
Mewaspadai godaan sangat penting bagi masa depan setiap Muslim agar kelak
tidak menyesal. Penyesalan itu selalu di akhir, adagium yang berbunyi
“berapa banyak memperturutkan hawa nafsu sekejap akan mendatangkan kesedihan
yang berkepanjangan”. Dan ini pula yang Allah hendak sampaikan melalui ayatnya
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua
jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku
mengambil jalan bersama Rasul.” (QS. Al-Furqan: 27)
Berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk! ♫
Tidak ada komentar:
Posting Komentar