Senin, 16 April 2018

Waspada terhadap Godaan Syetan


Moh.In’ami |
Mendidik Diri Mewaspadai Godaan
“Apabila aku mencegah kamu sekalian dari sesuatu maka jauhilah. Apabila aku menyeru kepada kalian pada suatu perkara maka kerjakanlah sesuai dengan kemampuanmu.”
(HR. Albukhari)
T

U
jian dan cobaan adalah sunnatullah adanya. Dan siapa yang mulia atau mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, pastilah menghadapi ujian dan cobaan terlebih dahulu. Eksistensi ujian dan cobaan itu muaranya adalah penguatan keimanan dan ketangguhan dalam memegang teguh agama Allah dan pengamalannya dalam kehidupan.
Perjalanan hidup yang ditempuh setiap orang pastilah tidak semudah yang dibayangkan. Apa yang menjadi rencana kadang di lapangan nyata menjadi ‘jauh panggang dari api’, hidup menjadi berbeda dari perencanaan. Meskipun hal itu sering dianggap sebagai sesuatu yang kurang disukai, atau dibenci sama sekali.
Yang mesti diperhatikan oleh setiap kaum Muslim adalah seringnya muncul berbagai macam godaan dalam menggapai cita-cita yang mulia –menuju satu orientasi yang bersifat ukhrawi. Berbagai godaan itu bisa muncul kapan saja. Dan godaan yang paling berat adalah hawa nafsu kita sendiri.
Rasul saw sepulang dari peperangan yang paling besar pernah menyampaikan statemen, “kita baru saja pulang dari jihad yang kecil” dan hal ini membuat para sahabat berpikir, yang pada akhirnya mereka mengajukan pertanyaan kepada beliau, “Lalu, apa jihad yang besar wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “jihad melawan hawa nafsu”.

Godaan itu

Terdapat banyak pelajaran tentang bagaimana orang-orang terdahulu mendapat cobaan dan godaan, serta bagaimana menghadapinya. Sebagai contoh kisah Nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena tergoda oleh rayuan iblis. Nabi Adam memakan buah khuldi, buah larangan. Godaan itu dijelaskan dalam:
Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 36). Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Adam diturunkan di daerah Shofa, sementara Hawa di daerah Marwa. Oleh sebab Adam dan Hawa tergelincir, keduanya sadar dan segera bertaubat. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Abu Ja’far Al-Razi, dari Rabi’ bin Anas, dari Abi Aliyah, menjelaskan firman Allah Ta’ala:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya” (QS. Al-Baqarah: 37). Disebutkan bahwa ketika Adam tertimpa kesalahan,  beliau berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana jika aku bertaubat dan memperbaiki diri?” Allah menjawab: “Aku mengembalikanmu ke surga, dan itulah beberapa kalimat.”
Tentang beberapa kalimat –(ajaran-ajaran) yang dimaksud dari Tuhan yang diterima oleh Adam– sebagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat. Dan salah satu dari beberapa kalimat adalah:
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23) Maka Allah menerima taubat keduanya. Dan sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Demikian juga Nabi Yusuf juga menghadapi cobaan dan godaan, sebagaimana disinyalir dalam QS. Yusuf: 24 yang berbunyi:
Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang yang terpilih.”
Ayat di atas tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf as mempunyai keinginan yang buruk terhadap Zulaikha, tetapi godaan itu demikian besarnya sehingga sekiranya dia tidak dikuatkan dengan keimanan Allah Ta’ala tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.
Kronologis hengkangnya iblis dari surga disebutkan dalam Alqur’an surat Al-A’raf ayat 11 sampai dengan ayat 16. Dan pada ayat 17 iblis beserta antek-anteknya akan menggoda manusia dari berbagai arah, “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Iblis tidak taat kepada perintah Allah Ta’ala. Begitu iblis dikeluarkan dari surga terjadilah deal dengan Allah, agar diberi panjang umur dan akan menjadi penyesat manusia. Komitmen iblis dan sekutunya adalah menjadi penggoda manusia. Iblispun konsisten dengan hal itu.
(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shad: 82), meski demikian iblis mengakui bahwa terdapat manusia yang tidak dapat digoda dan rayunya, yaitu sebagaimana disebutkan dalam surat yang sama ayat 83: “kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka”. Orang-orang yang terpilih tersebut adalah orang-orang yang diberi taufik untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah Ta’ala.
Dalam konteks dunia modern, godaan demi godaan itu datang silih berganti, mulai dari yang nampak jelas di luar rumah hingga di dalam kamar tempat kita beristirahat. Ekpos-ekpos yang sengaja mempertontonkan aurat, budaya yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam, hingga media-media yang tidak lagi memperhatikan norma agama dan amoral. Untuk menjaga dari hal-hal negatif tersebut waspadalah pada early warning Allah:
Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Alqur’an) ketika (Alqur’an) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” (QS. Al-Furqan: 29)

Ayat dan Hadits tentang Godaan

Kita bisa menemukan dalam Al-Qur'an dan hadits berbagai macam upaya setan dalam menggoda manusia, yaitu: (a) Setan menggoda manusia agar secara parsial dalam memahami dan melaksanakan Islam. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208); (b) Setan menanamkan permusuhan kepada sesama manusia. “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 91); (c) Setan menggoda agar manusia lupa kepada Allah. “Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujadilah: 19); (d) Setan mengajak berpaling dari syariat Allah. “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alqur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf: 36); (e) Setan mengajak orang taklid. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqman: 21); (f) Setan menunggangi tukang sihir dan paranormal untuk menyesatkan manusia. “Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, lalu mengutus bala tentaranya, maka yang paling dekat dengan iblis yang paling besar menggodanya. Lalu salah satunya datang dan berkata: "Aku telah berbuat ini dan itu". Iblis berkata: "Kamu belum berbuat apa-apa". Kemudian datang yang lain. Dia berkata: "Tidaklah aku meninggalkan mereka sehingga aku mampu memisahkan antara dia dan istrinya". Lalu iblis mendekatinya dan berkata: "Kamu adalah sebaik-baik pengikutku". (HR. Muslim); (g) Setan menimbulkan was-was dan ragu-ragu. “Datang setan kepada salah satu diantara kalian, lalu bertanya: "Siapa yang menciptakan ini dan ini, bahkan sampai bertanya siapa yang menciptakan Rabbmu" Maka jika datang was-was demikian berlindunglah kepada Allah dan hentikan (berpikir demikian).” (HR. Muslim); (h) Setan menunggangi penyanyi dan penyair. Abu Said berkata: "tatkala kami berjalan bersama Rasulullah melewati kampung Araj, tiba-tiba datang penyair sedang bernyanyi, lalu Rasulullah saw bersabda: Tangkap setan itu atau sergap dia, sungguh seandainya perut seseorang diisi dengan muntahan itu lebih baik daripada hati mereka diisi dengan syair-syiar.”(HR. Muslim); (i) Setan menunggangi ulama su' (sesat) dan para pendusta agama. “Akan ada pada hari akhir umatku ini manusia menceritakan hadits kepadamu, kamu dan ayahmu, tidak pernah mendengar sebelumnya, maka berhati-hatilah kamu dan waspadalah dengan mereka.” (HR. Muslim). Abdullah r.a. berkata: Sesungguhnya setan akan menjelma manusia lalu dia datang kepada suatu kaum lalu bercerita kepada mereka dengan membawakan hadits palsu, sehingga mereka berpecah belah, lalu ada yang berkata: "aku mendengar orang berbicara, aku tahu wajahnya akan tetapi aku tidak tahu namanya ketika menyampaikan hadits.” (HR. Muslim); (j) Setan menggoda dengan menyebar fitnah. “Janganlah salah seorang diantara kamu mengacungkan alat tajammu ke saudaranya, karena dia tidak tahu barangkali setan akan mencabut alat tajam itu dari tangannya lalu mengena kepada kawannya lalu dia masuk ke jurang api neraka.” (HR. Albukhari); (k) Setan menggoda orang yang sedang beribadah. Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Nabi saw tentang hukum menoleh saat shalat, maka beliau bersabda: Dia adalah pencurian setan. Setan itu mencuri shalat salah satu diantara kalian.” (HR. Albukhari); (l) Setan menggoda lewat mimpi. “Mimpi yang baik itu datangnya dari Allah dan mimpi jelek itu dari setan. Maka jika salah satu diantara kamu bermimpi jelek dan merasa ketakutan segeralah meludah ke sebelah kiri dan berlindung kepada Allah dari kejelekan mimpi. Sesungguhnya yang demikian itu tidak membahayakan.” (HR. Albukhari)
Sudah menjadi takdirnya, setan menggoda manusia, supaya manusia lupa akan tujuan akhirnya, Allah.
Dan sungguh ia (setan) itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?” (QS. Yasin: 62) 
Mewaspadai godaan sangat penting bagi masa depan setiap Muslim agar kelak tidak menyesal. Penyesalan itu selalu di akhir, adagium yang berbunyi “berapa banyak memperturutkan hawa nafsu sekejap akan mendatangkan kesedihan yang berkepanjangan”. Dan ini pula yang Allah hendak sampaikan melalui ayatnya
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.” (QS. Al-Furqan: 27)
Berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IDUL ADHA DI MASA PANDEMI

  الحمد لله القائل: ﴿ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾ [الحج: 32]، وأشهد أن لا إله إلا الله وح...